SOLO, KOMPAS – Tinggi muka air Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri, Jawa Tengah terus menyusut akibat musim kemarau. Meski demikian, waduk itu masih mampu menggelontorkan air untuk memenuhi kebutuhan irigasi pertanian hingga akhir bulan September 2018.
Kepala Sub Divisi Jasa Air dan Sumber Air III/I, Perum Jasa Tirta 1 Didit Priambodo mengatakan, ketinggian muka air waduk Gajah Mungkir, pada Jumat (14/9/2018), sesuai pola operasi mencapai 129,31 meter SHVP. Tinggi muka air itu masih di atas batas terendah, yaitu 127 m SHVP. “Elevasi waduk turun terus karena inflow (air yang masuk) kecil, karena belum ada hujan,” kata Didit di Solo, Jawa Tengah, Jumat (14/9/2018)
Tinggi muka air waduk Gajah Mungkur tersebut terpantau turun dibandingkan 30 Juli 2018 lalu yang tercatat 132,46 m SHVP. Elevasi itu juga sudah turun jauh dibandingkan dengan Normal Water Level (batas air normal) waduk, yaitu 136 m SHVP.
Meskipun elevasi waduk terus menyusut, Didit mengatakan, pelepasan air untuk irigasi pertanian masih dilakukan melalui saluran induk Colo Barat dan Colo Timur sesuai dengan pola alokasi, yaitu 17 meter kubik (m3) per detik ke saluran induk Colo Timur dan 4,5 m3 per detik ke Colo Barat. Pengairan itu dilakukan sesuai jadwal operasi hingga akhir September.
Secara terpisah, prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Semarang Zauyik Nana Ruslan yang dihubungi dari Solo mengatakan, awal musim hujan di wilayah Wonogiri diperkirakan baru dimulai pada pertengahan hingga akhir bulan November 2018, mundur dari kondisi normal yaitu pada pertengahan Oktober. Musim hujan akan diawali pancaroba atau peralihan musim yang diperkirakan dimulai pada pertengahan Oktober 2018. “Awal musim hujan mundur dari normalnya karena terdampak elnino dengan intensitas lemah,” katanya.
Zauyik mengatakan, pada saat pancaroba diperkiakan terjadi hujan dengan intensitas tinggi, namun dengan durasi pendek serta belum merata di semua wilayah Wonogiri dan kabupaten di sekitarnya. Saat pancaroba itu, curah hujan diperkirakan masih di bawah 50 milimeter per dasarian (10 hari). “Pada masa pancaroba itu sudah mulai ada hujan tetapi sifatnya fluktuatif dan tidak merata” ujar Zauyik.