MARTAPURA, KOMPAS — Pembenahan tata kelola air di lahan rawa lebak dan rawa pasang surut mendesak dilakukan agar lahan tersebut bisa lebih optimal untuk pertanian tanaman pangan. Dengan tata kelola air yang baik, lahan rawa lebak dan rawa pasang surut dipastikan bisa ditanami padi dua kali dalam setahun.
Ketua Kelompok Tani Alam Roh 8 Syamsuddin mengatakan, petani di Desa Sungai Batang, Martapura Barat, masih menanam padi satu kali dalam setahun. Mereka hanya bisa memanfaatkan rawa lebak dan rawa pasang surut untuk menanam padi pada musim kemarau. Pada musim hujan, lahan mereka terendam air.
”Kami bisa saja tanam dua kali dalam setahun kalau tata kelola airnya dibenahi. Agar lahan kami tidak terendam pada musim hujan, harus dilakukan normalisasi sungai dan pembuatan tanggul,” kata Syamsuddin di sela-sela acara panen padi penangkaran varietas unggul di Sungai Batang, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Kamis (13/9/2018).
Acara panen tersebut turut dihadiri Gubernur Kalsel Sahbirin Noor, Bupati Banjar KH Khalilurrahman, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalsel Fathurrahman, serta Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Banjar Muhammad Fachry.
Menurut Syamsuddin, tanam padi dua kali dalam setahun sangat dimungkinkan karena 30 petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Alam Roh 8 kini menanam padi unggul varietas situ patenggang. Umur padi tersebut tergolong singkat. ”Pada umur 3 bulan 15 hari, padi sudah bisa dipanen. Produktivitasnya sekitar 4 ton per hektar,” ujarnya.
Muhammad Fachry mengatakan, lahan persawahan di Sungai Batang merupakan hasil program cetak sawah pada 2016. Dari persawahan seluas 160 hektar (ha), lahan seluas 140 ha sudah digarap petani setempat. Tahun ini, lahan seluas 17 ha di antaranya digunakan untuk penangkaran benih padi unggul varietas situ patenggang.
”Kendala utama pertanian di sini adalah tata kelola air. Sekarang ini masih dalam proses pembenahan. Kalau tata kelola airnya sudah baik, lahan persawahan yang selama ini hanya satu kali tanam dalam setahun dipastikan bisa dua kali tanam dalam setahun,” tuturnya.
KH Khalilurrahman meminta dukungan Pemprov Kalsel agar membenahi lahan pertanian di Kabupaten Banjar. Lahan pertanian di Banjar yang didominasi lahan rawa lebak dan rawa pasang surut selalu bermasalah dalam tata kelola air. Pada musim hujan, lahan kebanjiran. Pada musim kemarau, kerap terjadi kekeringan.
”Kami meminta dukungan pemprov dalam rangka mempertahankan Kabupaten Banjar sebagai lumbung pangan dengan julukan kindai limpuar (penghasil padi yang melimpah). Karena itu, lahan pertanian di Kecamatan Martapura Barat ini harus dipertahankan dan dibenahi tata kelola airnya,” kata Khalilurrahman.
Sahbirin Noor menyatakan akan tetap mempertahankan Kabupaten Banjar sebagai kabupaten kindai limpuar di Kalsel. Ia pun meminta agar perhumaan (persawahan) tetap dipertahankan agar tidak berubah menjadi perumahan. ”Saya pastikan masalah tata kelola air di sini (Sungai Batang) dibenahi,” ujarnya.
Menurut Fathurrahman, pembuatan tanggul dan kanal untuk membenahi tata kelola air di lahan pertanian Sungai Batang sudah mulai dikerjakan. Setelah pekerjaan itu selesai, akan dibuat folder dan pintu air untuk mengalirkan air dari Sungai Martapura pada saat kemarau. ”Kami upayakan lahan rawa lebak di Sungai Batang bisa tanam dua kali dalam setahun,” katanya.