Populasi Penduduk Bertambah, tetapi Volume Sampah Menurun
Oleh
IQBAL BASYARI
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memaparkan keberhasilan Surabaya dalam mengurangi volume sampah kepada delegasi Kongres United Cities and Local Governments Asia-Pacific Ke-7 di Dyandra Convention Center, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (12/9/2018).
Menurut Risma, Surabaya berhasil mengurangi volume sampah yang dihasilkan oleh warganya tiap tahun. Sampah-sampah itu diolah menjadi sumber energi dan didaur ulang jadi produk kerajinan.
”Meskipun jumlah penduduk bertambah setiap tahun, volume sampah selalu menurun,” ucap Risma saat memberikan sambutan di sesi Energi Kota dan Aksi Iklim Kongres United Cities and Local Governments Asia-Pacific (UCLG Aspac) Ke-7.
Meskipun jumlah penduduk bertambah setiap tahun, volume sampah selalu menurun.
Sejak 2014, Pemerintah Kota Surabaya berhasil menurunkan volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir. Padahal, setiap tahun jumlah penduduk Surabaya selalu bertambah. Sampah yang dihasilkannya pun akan naik sebanding dengan jumlah penduduknya.
Pada 2014, sampah yang dihasilkan 1.441,62 ton. Kemudian, tahun 2015, volumenya turun menjadi 1.439,43 ton. Adapun pada 2016 volume sampah kembali turun menjadi 1.433 ton dan tahun lalu kembali turun menjadi 1.417,6 ton.
Padahal, sebagai kota metropolitan, jumlah penduduk Surabaya selalu bertambah setiap tahun. Pada 2014 jumlah penduduk di ”Kota Pahlawan” 3 juta jiwa dan naik menjadi 3,21 juta pada tahun 2015. Jumlah penduduk kembali bertambah menjadi 3,30 juta pada 2016 dan jadi 3,34 juta jiwa pada 2017.
Menurut Risma, pengurangan volume sampah dilakukan dengan mengajak partisipasi masyarakat. Warga dibiasakan mengolah dan mendaur ulang sampah rumah tangga menjadi barang-barang yang memiliki nilai tambah. Sampah-sampah itu antara lain digunakan untuk pembayaran transportasi, pupuk kompos, pot tanaman, alas jogging track, sumber energi listrik, dan sumber air.
”Pengolahan limbah air bisa menghemat pengeluaran 15 hingga 20 persen. Airnya digunakan untuk menyiram tanaman dan mencuci sepeda motor,” kata Risma.
Selain itu, ada 28 rumah kompos yang digunakan untuk menyuplai pupuk di 420 taman di Surabaya. Sampah juga digunakan untuk sumber energi listrik di taman dan perkampungan di sekitar tempat pembuangan sementara sampah. ”Kuncinya adalah partisipasi dari masyarakat,” ujar Risma.