MAGELANG, KOMPAS - Semua jalur pendakian ke Gunung Sindoro di Kabupaten Temanggung dan Wonosobo, Jawa Tengah, ditutup sejak Sabtu (8/9/2018) hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Penutupan dilakukan karena kebakaran di kawasan gunung tersebut hingga Minggu (9/9) belum berhasil dipadamkan.
”Selain untuk mengantisipasi kemungkinan adanya pendaki yang terjebak kebakaran, upaya penutupan jalur pendakian sengaja kami lakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya kelalaian penggunaan api dari pendaki yang bisa semakin memperparah kebakaran hutan,” ujar Wakil Administratur Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan Kedu Utara Johni Andarhadi.
Di wilayah Kabupaten Magelang dan Temanggung terdapat tujuh jalur pendakian menuju Gunung Sindoro. Sabtu lalu ada 10 pendaki yang naik hingga pos II pendakian di Resor Pemangku Hutan (RPH) Sigedang. Namun, mereka selamat dan berhasil dievakuasi.
Di wilayah Kabupaten Magelang dan Temanggung terdapat tujuh jalur pendakian menuju Gunung Sindoro.
Kebakaran terjadi sejak Jumat (7/9) dan hingga Minggu terpantau belum padam. Pada Jumat pagi, kebakaran bermula dari petak 7 RPH Kwadungan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Temanggung. Sempat padam pada Jumat petang, kemudian api kembali muncul dan menyebar semakin luas hingga ke petak 18 RPH Sigedang BKPH Wonosobo. Pada Minggu pagi, mengikuti arah angin, api kembali berkobar, menjalar masuk ke wilayah RPH Kwadungan, Kabupaten Temanggung.
Dari hasil pendataan terakhir pada Minggu pagi, luas area terbakar selama tiga hari tersebut mencapai 125,3 hektar dengan area terluas 75 hektar terdapat di RPH Sigedang. Dengan kondisi api yang belum padam, luas area terbakar kemungkinan akan meluas.
Bukan faktor alam
Johni mengatakan, untuk sementara ini, pihaknya belum bisa mengetahui asal atau sumber api. Namun, sekalipun cuaca sangat panas dan kering, dia memastikan kebakaran dipicu oleh ulah manusia dan bukan diakibatkan oleh faktor alam.
Pemadaman api di kawasan hutan di Gunung Sindoro dilakukan dengan melibatkan ratusan personel dari Perhutani, polisi, TNI, relawan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Temanggung, dan warga sekitar. Karena berlokasi di daerah tinggi, lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut, dan kondisi jalan yang terjal, pemadaman hanya bisa dilakukan secara manual tanpa bantuan alat. (EGI)