PALU, KOMPAS — Kementerian Perhubungan telah menyetujui penyerahan pengelolaan Bandara Mutiara Sis Aljufri Palu, Sulawesi Tengah, kepada PT Angkasa Pura I (Persero), Kamis (6/9/2018). Gubernur Sulteng Longki Djanggola menyambut baik hal itu.
”Kami telah diberi terkait hal itu beberapa waktu lalu. Harapannya PT Angkasa Pura I mengelola bandara lebih baik lagi,” kata Longki saat dimintai pendapat di Palu, Sabtu (8/9/2018).
Menurut Longki, bandara di ibu kota Provinsi Sulteng itu masih bisa dikembangkan, antara lain perpanjangan landas pacu dan menjadikannya bandara embarkasi haji antara (transit). Saat ini, panjang landas pacu bandara 2.500 meter.
”Selain itu, wacana menjadikan Bandara Mutiari Sis Aljufri Palu sebagai bandara internasional diharapkan dipercepat pengurusannya untuk mendukung wisata di Sulteng,” kata Longki.
Dua destinasi wisata yang selama ini menjadi favorit turis mancanegara di Sulteng ialah Taman Nasional Kepulauan Togean dengan keindahan bawah lautnya dan Taman Nasional Lore Lindu dengan keanekaragaman hayatinya, mulai dari burung, mamalia, hingga flora endemik Sulawesi.
Kementerian Perhubungan dan PT Angkasa Pura I pada Kamis lalu meneken perjanjian kerja pengelolaan Bandara Mutiara Sis Aljufri Palu dan Bandara Sentani di Jayapura, Papua. Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi menyatakan, pihaknya telah menyediakan masing-masing Rp 500 miliar untuk pengembangan dua bandara. Ditargetkan pengelolaan oleh PT Angkasa Pura I dimulai awal 2019.
Bandara Mutiara Sis Aljufri merupakan bandara terbesar di Sulteng. Bandara itu belum lama ini direnovasi dengan total anggaran Rp 200 miliar untuk pembangunan terminal dua lantai dan landasan parkir pesawat (apron). Bandara yang melayani 40 penerbangan setiap hari itu selama ini dikelola Kementerian Perhubungan.