Alun-alun Kota Semarang Dipindah dari Simpang Lima ke Kauman
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pemerintah Kota Semarang, Jawa Tengah, bakal mengembalikan lokasi Alun-alun Kota Semarang dari Simpang Lima ke kawasan Kauman. Proyek tersebut merupakan bagian dari penataan kawasan Pasar Johar di Kauman, dengan biaya total sekitar Rp 800 miliar, yang rampung awal 2020.
Penataan Kawasan Pasar Johar Semarang terdiri dari revitalisasi Pasar Johar Bangunan Cagar Budaya (BCB), Pasar Johar Baru, dan Alun-alun Kota Semarang. Di Pasar Johar BCB, yang merupakan karya arsitek Belanda, Thomas Karsten, tiang-tiang cendawan yang menjadi ciri khas bangunan tetap dipertahankan.
Berdasarkan pantauan, Jumat (7/9/2018), sejumlah alat berat beroperasi di area bekas Pasar Yaik yang bersebelahan dengan Pasar Johar. Area ini yang nantinya menjadi Alun-alun Kota Semarang. Sementara itu, sejumlah petugas mengukur jarak dan sudut di Pasar Johar BCB yang revitalisasinya segera dimulai.
Sekretaris Dinas Penataan Ruang Kota Semarang M Irwansyah mengatakan, pada tahap pertama, Pemkot Semarang mengalokasikan anggaran Rp 50 miliar untuk pembangunan alun-alun.
”Pada 2019 dianggarkan lagi Rp 50 miliar. Kami targetkan tuntas akhir 2019 dan 2020 sudah bisa digunakan,” ujarnya.
Pada 22 Agustus, peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan alun-alun dilaksanakan. ”Alun-alun nantinya bisa digunakan untuk kegiatan shalat Id. Kami juga membuat semi-basement untuk menampung sebagian pedagang dan ruang parkir,” ucap Irwansyah.
Adapun Pasar Johar BCB juga segera dibangun dengan dana Rp 146 miliar dari bantuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Berstatus cagar budaya, revitalisasi dilakukan tanpa mengubah bentuk bangunan. Tiang-tiang cendawan masih terpasang meskipun pasar pernah terbakar pada 2015.
Sementara itu, bangunan Pasar Johar Baru terdiri atas empat lantai, tiga lantai untuk pedagang dan satu lantai untuk sejumlah fasilitas penunjang.
”Ini dibangun baru karena Pasar Johar BCB tak mampu menampung semua pedagang di kompleks Pasar Johar, total sekitar 7.000 pedagang,” ujar Irwansyah.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang Fajar Purwoto menambahkan, teknis pembagian kios, saat pembangunan rampung sepenuhnya, diserahkan kepada paguyuban pedagang. Pedagang di kawasan Pasar Johar saat ini menempati kawasan relokasi di sekitar Masjid Agung Jawa Tengah.
Fajar menyebutkan, nantinya kawasan Pasar Johar akan menjadi pusat perdagangan yang memiliki sejumlah bangunan dengan daya tarik budaya. ”Ini akan menjadi kawasan pasar terbesar di Indonesia. Biaya total penataan kawasan tersebut sekitar Rp 800 miliar,” katanya.
Simpang Lima
Alun-alun Kota Semarang sejatinya berada di kawasan Kauman atau sekitar Pasar Johar. Pada 1969, atas usulan presiden RI saat itu, Soekarno, pusat alun-alun Kota Semarang dipindah ke kawasan Simpang Lima, yang berjarak sekitar 2 kilometer dari Kauman. Hingga kini, Simpang Lima dikenal sebagai alun-alun kota.
Pemindahan tersebut tak terlepas dari peningkatan aktivitas perbelanjaan di sekitar Alun-alun Kauman. Pada 9 Mei 2015, Pasar Johar terbakar. Pada 18 Juni 2016, Pasar Kanjengan yang berada di kompleks Pasar Johar juga terbakar. Revitalisasi pun dilakukan agar kawasan tertata.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menuturkan, upaya penataan kawasan itu tak terlepas dari pengorbanan para pedagang. ”Kalau pedagang enggan direlokasi sementara, alun-alun ini tak akan terbangun sebagai satu kesatuan dengan Pasar Johar yang baru,” katanya.