SEMARANG, KOMPAS - Kreasi dan inovasi menjadi tuntutan baik bagi individu, pemerintah, maupun swasta untuk menjadikan satu daerah memiliki nilai tambah bagi masyarakatnya. Peluang tersebut harus lekas ditangkap sehingga ada dampak ekonomi yang membuat taraf hidup masyarakat meningkat.
Salah satunya yakni di Kampung Pelangi, Kelurahan Randusari, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah. Lama menjadi daerah kumuh, pada April 2017, kampung tersebut ditata. Sebanyak 429 rumah kemudian dicat warna-warni sehingga menarik wisatawan untuk berkunjung.
Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, di hadapan 3.857 mahasiswa baru Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) di Semarang, Jawa Tengah, Senin (3/9/2018), mengatakan, itu berkat gotong royong semua elemen. sehingga bisa mengubah wajah kampung. "Seiring itu, muncul para pelaku usaha, seperti penjual makanan dan pernak-pernik," kata Hendrar.
Dengan banyaknya turis, warga pun berjualan makanan, minuman, kaos, dan suvenir. Pelatihan-pelatihan keterampilan yang diberikan sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD) pun terus dilakukan guna memberdayakan warga setempat. Daya tarik pariwisata pun diharapkan terus meningkat.
Menurut Hendrar, Kampung Pelangi menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Semarang, melengkapi yang sudah ada sejak lama, seperti Sam Poo Kong, Kawasan Kota Lama, dan Gedung Lawang Sewu. Dengan fokus menumbuhkembangkan pariwisata, ke depan, tantangan untuk menangkap peluang ada di generasi muda.
Wiraswasta
Melihat apa yang terjadi di Kampung Pelangi, kata Hendrar, setiap generasi muda dapat menjawab tantangan akan kondisi di daerah asalnya. Ini juga berkaitan dengan keinginan berwiraswasta. "Kreativitas dan inovasi menjadi modal. Jika punya sesuatu yang original dan menarik, maka investor akan datang," ujarnya.
Advisor Madhang.id, Gibran Rakabuming Raka, menuturkan, memulai usaha bukan berarti harus memiliki modal uang. Sebab, tak hanya uang, modal pun bisa berupa ide, mimpi, dan personal brand. Apabila memiliki ide baik dan cemerlang, maka pemodal akan datang dengan sendirinya.
Lebih lanjut, Gibran, yang memiliki usaha Chilli Pari Catering dan Markobar, menambahkan, wirausaha merupakan sebuah proses. "Yang utama, harus berani memulai dari sesuatu yang kecil. Selain itu, juga berani rugi dan berani menerima tantangan. Ketika sudah ada ide, langsung eksekusi," ucapnya.
Gibran, lewat usaha-usaha yang dikembangkannya, kini telah memiliki sekitar 500 pekerja. Adapun Madhang merupakan aplikasi buatan Udinus, di mana Gibran menjadi advisor dan adiknya, Kaesang Pangarep menjadi Lead Marketing. Aplikasi tersebut dibuat berdasarkan ide sederhana, tetapi relevan dengan kondisi saat ini.
Madhang merupakan aplikasi yang memungkinkana para pelaku UMKM masakan, khususnya kalangan ibu rumah tangga, bisa berpromosi tanpa harus memiliki tempat sewa. "Saat ini, kami sudah punya investor dari Singapura. Juga, sudah ada 70.000 pengguna dan 6.000 warung. Namun, ke depan masih perlu perbaikan," ujar Gibran.
Rektor Udinus Edi Noersasongko mengemukakan, para mahasiswa baru akan terus dimotivasi agar muncul bibit-bibit baru wirausahawan muda di Udinus. “Kami ingin membentuk karakter berwirausaha sejak dini. Setelah ditanamkan saat masuk, nantinya semasa, perkuliahan ilmu itu akan terus diasah," ujar Edi.