Pulau Flores termasuk salah satu destinasi wisata favorit. Namun, Flores juga menghadapi virus rabies yang menyerang anjing. Masalah ini harus ditangani serius melalui vaksinasi.
MAUMERE, KOMPAS - Pada Agustus 2018 telah diperiksa otak 64 anjing di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, 29 ekor di antaranya positif tertular virus rabies. Jumlah itu jauh lebih besar dibanding periode yang sama tahun 2017 yang hanya 11 ekor. Itu sebabnya, saat ini Sikka tergolong darurat rabies hewan peliharaan anjing. Apalagi, dari sekitar 54.000 anjing milik warga, 21.000 anjing belum divaksin antirabies.
Sekretaris Komite Anti Rabies Flores Lembata Asep Purnama di Maumere, ibu kota Sikka, Kamis (30/8/2018), mengatakan, saat ini anjing-anjing dengan virus rabies berkeliaran di mana-mana di seluruh pelosok Kabupaten Sikka. Kasus penyebaran rabies berlangsung sejak 1996, tetapi belum ada kepedulian serius dan luar biasa dari pengambil kebijakan.
”Tak ada anggaran dari APBD untuk pengadaan virus ini. Selama ini Sikka khususnya dan Flores Lembata umumnya sudah terjadi pandemik virus rabies ini. Anjing adalah bagian dari hidup keluarga. Ini membahayakan keselamatan warga,” kata Asep.
Sejauh ini sudah 33.000 anjing yang divaksin. Langkah itu mendapat dukungan vaksin dari Kementerian Pertanian. Namun, masih ada 21.000 ekor yang belum divaksin. Belum lagi anjing yang sudah divaksin mendapat gigitan dari anjing rabies, akan terjangkit virus serupa. Vaksin diberikan kepada setiap ekor sebanyak tiga kali per tahun.
Perkembangan virus rabies di Sikka terus meningkat setiap tahun. Tahun ini dari 64 sampel otak anjing yang diperiksa, 29 di antaranya positif mengandung virus rabies. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2017, yakni dari 26 otak anjing yang diperiksa, 11 ekor di antaranya positif terjangkit virus rabies. Tahun 2016, dari 11 sampel otak anjing yang diperiksa, hanya 1 positif rabies.
Kini, virus rabies pada anjing peliharaan masyarakat di Sikka ditemukan di seluruh pelosok daerah. Ini berpeluang menyebar ke kabupaten tetangga, yakni Flores Timur dan Ende yang juga sejak 1996 tertular rabies.
”Apakah virus ini termasuk masalah serius atau tidak? Ini daerah pariwisata. Apalagi, saat ini Flores sedang gencar dikunjungi wisatawan dari dalam dan luar negeri,” ujar Asep.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Sikka Maria Margaretha mengatakan, jumlah kasus rabies pada anjing cenderung meningkat karena ketersediaan vaksin terbatas. Tahun 2010-2012 di Sikka tersedia 60.000-70.000 vaksin per tahun. Saat itu kasus rabies pada anjing pun cenderung menurun.
Namun, sejak 2013-2018 vaksin yang dialokasikan hanya 33.000. Semestinya vaksin tidak boleh dikurangi, bahkan harus dinaikkan jumlahnya. Jumlah populasi anjing terus bertambah. Rata-rata perkembangan anjing di Sikka 540 per tahun, belum termasuk kabupaten lain.
Meski kasus rabies pada anjing meningkat, kasus gigitan pada manusia yang menyebabkan korban jiwa (meninggal) semakin turun atau tidak ada, dalam kurun waktu Januari- Agustus 2018. Kerja sama dinas pertanian dengan dinas kesehatan cukup terkoordinasi dalam menanggulangi gigitan anjing pada manusia.
”Dua lembaga ini gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Jika terjadi gigitan anjing, segera mencuci bekas gigitan dengan sabun di air mengalir dan segera mungkin ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan vaksin rabies. Ini sudah dipahami hampir seluruh warga,” kata Maria.
Setahun terjadi 1.000-1.200 kasus gigitan anjing pada manusia di Sikka. Namun, tidak semua gigitan mengandung virus. Setiap terjadi gigitan, anjing dibunuh dan otaknya diperiksa. Jika positif virus rabies, korban yang digigit diberi vaksin antirabies dan mendapat perawatan serius. Namun, tidak semua korban yang digigit anjing harus menunggu pemeriksaan laboratorium. Para korban bisa langsung ditangani.
Anggota DPRD Sikka, Faustinus Vasco, mengaku selalu mendorong pemkab mengalokasikan anggaran untuk pengadaan vaksin. Namun, pemkab beralasan anggaran terbatas. ”Kami terus mendorong pemda. Mereka belum melihat soal prioritas, mendesak, dan strategis untuk segera ditangani,” katanya. (KOR)