Kearifan Lokal Arsitektur Nusantara Jadi Perhatian
Oleh
Videlis Jemali
·1 menit baca
PALU, KOMPAS — Sebanyak 800 mahasiswa arsitektur dari seluruh Indonesia menggelar temu karya ilmiah di Sulawesi Tengah pada 26 Agustus-3 September 2018. Pertemuan itu berfokus pada kajian seputar arsitektur Nusantara yang selama ini terkenal mengandung banyak nilai kearifan lokal.
Temu Karya Ilmiah Arsitektur Indonesia XXXIV di Sulteng dilaksanakan di empat kota, yakni Palu, Tojo Una-Una, Poso, dan Banggai. Ke-800 mahasiswa arsitektur tersebut berasal dari 150 perguruan tinggi. Tahun lalu, kegiatan serupa dilaksanakan di Jakarta.
”Kami mengangkat tema arsitektur Nusantara karena berbagai model arsitektur mengandung kearifan lokal, seperti tahan gempa dan menggunakan material lokal yang lebih murah. Ini yang harus dikembangkan dan dijadikan bahan kajian para mahasiswa arsitektur,” tutur Sekretaris Panitia Pelaksana Temu Karya Ilmiah Mahasiswa Arsitektur Indonesia XXXIV Oetman Lawryan, di Palu, Sulteng, Jumat (24/8/2018).
Kajian soal arsitektur lokal itu tak hanya dibahas dalam seminar, tetapi juga dengan melakukan tur. Lokasi tur mewakili arsitektur pesisir di Pulau Kabalutan, Kabupaten Tojo Una-Una; pegunungan di Pagimana (Banggai) dan Doda (Poso); serta lembah di Palu.
”Tur itu diharapkan memperkaya pengetahuan mahasiswa demi kemajuan dunia arsitektur Indonesia. Di Doda, misalnya, ada rumah tradisional tambi yang dibuat dari kayu, bambu, dan alang-alang. Ini tentu unik,” ujar Oetman, mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu.