MAGELANG, KOMPAS — Melemahnya nilai rupiah terhadap dollar AS saat ini justru memicu terjadinya peningkatan jumlah turis asing ke Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Pelemahan rupiah membuat harga barang dan jasa menjadi relatif lebih murah bagi pemegang dollar AS.
Tidak sekadar satu kali datang ke candi, rendahnya nilai rupiah pun mendorong mereka untuk tinggal lebih lama, menghabiskan waktu untuk berbelanja, dan berkunjung ke obyek-obyek wisata lain di sekitar Candi Borobudur. Saat ini kurs rupiah sekitar Rp 14.600 per dollar AS.
General Manager Taman Wisata Candi Borobudur I Gusti Putu Ngurah Sedana mengatakan, pelemahan nilai rupiah ini membuat banyak warga asing, dari berbagai kalangan, semakin mudah datang dan menyiapkan dana untuk pergi berkunjung ke Candi Borobudur.
”Dari pertemuan, perbincangan saya dengan sejumlah wisatawan asing, mereka mengatakan pergi ke Candi Borobudur karena semakin mudah dan murah untuk dilakukan. Banyak warga asing bisa berkunjung kemari (Candi Borobudur), termasuk mereka yang sebenarnya hanya berprofesi sebagai tukang kebun dan pelayan toko,” ujar I Gusti Putu Ngurah Sedana.
Periode Juli-Agustus, menurut dia, biasanya merupakan masa ramai kunjungan wisatawan asing karena dua bulan tersebut adalah musim liburan di luar negeri, terutama negara-negara di Eropa. Namun, tahun ini, jumlah kunjungan jauh meningkat dibandingkan biasanya.
Pada Juli 2017, jumlah wisatawan asing mencapai 41.643 orang, sedangkan pada Juli 2018, total jumlah wisatawan asing meningkat mencapai 44.436 orang. Jumlah ini pun meningkat pesat dibandingkan bulan-bulan sebelumnya yang berkisar 15.000-23.000 orang per bulan.
Pada Agustus 2018, peningkatan jumlah wisatawan terutama terjadi pada wisatawan untuk paket sunrise (pemandangan matahari terbit) dan sunset (pemandangan matahari terbenam). Biasanya maksimal hanya berkisar 300-400 orang per hari, bulan ini jumlah wisatawan meningkat pesat hingga pernah lebih dari 700 orang per hari.
Peningkatan jumlah wisatawan asing ini, menurut dia, juga dipicu oleh kondisi gempa yang hingga saat ini masih berkali-kali terjadi di Lombok dan sekitarnya.
”Karena khawatir terdampak gempa, mungkin banyak wisatawan asing pun akhirnya mengalihkan tujuan ke tempat lain, termasuk Candi Borobudur,” lanjutnya.
Muslih, ketua paguyuban homestay di kampung homestay Ngaran II di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, mengatakan, sejak Juli hingga sekarang, 27 homestay yang ada di Dusun Ngaran II tidak pernah sepi dari tamu asing.
”Jika sebelumnya belum tentu ada tamu asing datang menginap, sekarang ini 2-5 tamu asing per hari pasti datang menginap ke homestay-homestay di kampung kami,” ucapnya.
Kondisi ini, menurut dia, memang rutin terjadi setiap bulan Juli-Agustus. Namun, khusus tahun ini, waktu menginap tamu asing tersebut lebih lama, berkisar 3-4 hari, sedangkan tahun-tahun sebelumnya hanya berkisar 1-2 hari.
”Saat menginap, mereka pun banyak bertanya tentang obyek-obyek wisata lain yang bisa dikunjungi selama 3-4 hari tersebut,” katanya.