Kepulauan Togean Menyiapkan Wisata Pengamatan Satwa Endemik
Oleh
Videlis Jemali
·2 menit baca
PALU, KOMPAS — Taman Nasional Kepulauan Togean di Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, selama ini menjadi destinasi favorit untuk wisata bahari. Namun, gugusan kepulauan di Teluk Tomini tersebut juga memiliki potensi wisata lain yang tak kalah menarik di daratan, yakni pengamatan satwa endemik.
Selama ini, potensi wisata tersebut belum dikelola dan ditawarkan kepada wisatawan. Satwa endemik yang hidup di Kepulauan Togean, antara lain burung rangkong sulawesi (Rhyticeros cassidix) di Pulau Tumbulawa dan kera hitam togean (Macaca togeanus) di Pulau Malenge.
Kera togean pada umumnya mirip dengan kera hitam sulawesi lainnya dengan ciri berjambul dan berambut hitam. Namun, kera togean memiliki ciri spesifik lain, yakni bulu kaki dan tangan berwarna putih dan bagian pipi ditumbuhi rambut kecoklatan.
”Kami mulai merancang agar wisata di Taman Nasional Kepulauan Togean tak hanya bahari, tetapi juga di darat. Akhir tahun ini, kami membangun titik pengamatan burung rangkong dan kera hitam togean,” kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Kepulauan Togean Bustang di Palu, Sulteng, Kamis (23/8/2018).
Bustang mengatakan, wisata pengamatan satwa endemik tak ditawarkan secara masif selama ini seperti halnya wisata bawah laut. Namun, ada sejumlah wisatawan yang menyarankan agar wisata pengamatan satwa endemik difasilitasi.
Kepulauan Togean selama ini terkenal dengan keindahan bawah lautnya. Terumbu karang di sejumlah titik memikat wisatawan domestik dan mancanegara. Setiap tahun, rata-rata jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Kepulauan Togean mencapai 6.000 orang.
Keindahan karang di Kepulauan Togean salah satunya bisa dengan jelas dilihat di perairan dangkal di Pulau Papan, Kecamatan Talatako.
Secara terpisah, Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia Sulteng Ais Balango menyatakan, wisata pengamatan satwa di Kepulauan Togean sebenarnya sudah berjalan. Dirinya sering membawa wisman ke lokasi burung rangkong.
”Kalau difasilitasi dengan lebih baik, pengamatan satwa endemik pasti akan menjadi pilihan lain yang membuat wisman lebih lama berada di Kepulauan Togean,” kata Ais.