Sang naga hijau sepertinya murka, matanya menyala merah membara. Dari mulutnya menyemburkan api ke udara menebar hawa panas di sekitarnya. Sejumlah warga yang berkerumun di tepi Jalan Daendels di ruas Sembayat, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur pun terkejut dan mundur.
Bukan hanya naga hijau yang muncul. Tetapi, ada tyranosaurus, kupu-kupu, rusa, tokoh wayang, tarian adat, burung cinta, penyu hijau hingga karakter film dan cerita rakyat. Replika-replika itu hanyalah sebagian tema yang diusung peserta dalam Karnaval di Desa Sembayat yang digelar pada Jumat (17/8) mulai pukul 18.00.
Karnaval itu berlangsung dua tahun sekali setiap 17 Agustus
Tetapi arus lalu lintas Manyar-Paciran sudah tersendat mulai pukul 15.00 karena warga yang ingin menyaksikan sudah berjubel di sekitar lokasi pemberangkatan. Warga berjubel mulai SPBU Sembayat hingga sekitar jembatan Sembayat.
Karnaval itu diikuti 23 Rukun Tetangga (RT) yang mengusung berbagai tema dan replika/miniatur yang berbeda. Replika-replika itu dilengkapi dengan tata cahaya yang bagus membuatnya seperti hidup.
Matanya bersinar. Badan dan kakinya bergerak-gerak, lidah menjulur-julur, bahkan menari-menari di sepanjang perjalanan mulai dari Balai Desa Sembayat hingga Pasar Sembayat menempuh jarak sekitar 2 kilometer, termasuk keliling gang kampung.
Dulu ketika warga mendengar Bung Karno mengumandangkan proklamasi kemerdekaan warga merayakannya dengan keliling kampung membawa obor
Pawai karnaval itu sejak dulu digelar malam hari, usai warga menjalankan shalat maghrib. Tahun ini karnaval dimulai pukul 18.15 dengan peserta pertama RT 08 dengan mengusung tema badut diawali iring-iringan parade drumband.
Karnaval Sembayat sudah menjadi tradisi dan ada sejak zaman awal-awal kemerdekaan. Dulu ketika warga mendengar Bung Karno mengumandangkan proklamasi kemerdekaan warga merayakannya dengan keliling kampung membawa obor. Itulah yang menjadi cikal bakal karnaval di Sembayat.
Camat Manyar Suyono menyebutkan karnaval di Sembayat bukan sekedar untuk merayakan kemerdekaan. Setiap tahun temanya berganti terkait pembangunan, perjuangan dan kebudayaan. Karnaval itu menjadi ajang adu kreasi warga. Karnaval itu berlangsung dua tahun sekali setiap 17 Agustus. Uniknya dari dulu digelar usai maghrib.
Karnaval itu bisa menjadi sarana hiburan, media pendidikan dan bisa membangkitkan rasa nasionalisme. Tetapi dari setiap tema sarat pesan moral mulai menanamkan nilai perjuangan, selalu berbuat kebaikan, menjaga lingkungan dan binatang hingga mewujudkan kesejahteraan.
Biaya pembuatan replika itu adalah hasil iuran warga dan sumbangan donatur.
M Aldi (23), pemuda yang ikut terlibat pembuatan replika menyebutkan satu replika menghabiskan Rp 8 juta hingga Rp 15 juta, Rp 3 juta diantaranyanya untuk pengecatan. Biaya pembuatan replika itu adalah hasil iuran warga dan sumbangan donatur.
Iuran warga berbeda-beda bergantung kemampuan, tapi sedikitnya Rp 50.000 per keluarga. Ada yang menyumbang ratusan ribu bahkan lebih dari Rp 1 juta.
Menurut warga Sembayat lainnya, Sutrisno (57), ketika listrik belum masuk desa, dulu karnaval menggunakan obor. Replika-replika yang dibuat juga diarak keliling kampung. “Sejak saya kecil, karnaval di sini meriah. Kami senang bisa memperingati kemerdekaan,” ujarnya.
Ketua Forum Kerja Ekonomi Mandiri Desa Sembayat Mukhamad Junaidi (39) menyatakan warga rela iuran demi memeriahkan perayaan kemerdekaan. Selain itu hasil karya karnaval itu biasanya bisa disewakan untuk tingkat kabupaten atau dipakai untuk daerah lain termasuk di wilayah Lamongan dan Tuban. Hasilnya dimasukkan untuk kas RT.
Kostum peserta menyesuaikan tema yang diangkat dari setiap RT
Setiap RT membuat replika atau miniatur yang berbeda-beda. Di setiap tim atau RT ada peserta membawa lampu neon 40 watt yang dikaitkan pada sebatang kayu mengiringi setiap tema yang diusung. Kostum peserta menyesuaikan tema yang diangkat, termasuk bila tema perjuangan ya berdandan ala pejuang.
Kreativitas warga Sembayat bukan sekadar seremonial perayaan kemerdekaan. Kreativitas mereka punya dimensi hiburan, wisata, dan ekonomi. Ada pula nilai sejarah dan pesan moral yang bisa dipetik melalui tema yang dibawakan. Karnaval Sembayat bukan sekadar perayaan kemerdekaan tetapi menjadi panggung seni dan teater jalanan.