Tak kurang dari 1.000 pemuda dan pemudi dari seluruh Kota Surabaya hadir dan duduk bersila di Taman Surya, Balai Kota Surabaya. Pertemuan santai dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini itu berlangsung pada Jumat (17/8/2018), dari pukul 18.00 dan baru selesai pukul 22.30.
Risma menantang para pemuda itu untuk mengutarakan seluruh isi hatinya, unek-uneg terkait dengan Surabaya. ”Ayo ngomong apa saja yang masih perlu dilakukan untuk Surabaya. Kalian juga harus ikut menjaga kota ini. Kalau masih ada yang mengganjal di hati, ayo dituntaskan sekarang. Kalau perlu, sampai pagi, kita cari solusi setiap persoalan kota yang juga rumah kita,” ujar Risma dengan suara serak.
Sepanjang dialog banyak pertanyaan dan usulan yang disampaikan karang taruna dari sejumlah kelurahan, terutama soal anak putus sekolah, masih banyak warga buang sampah sembarangan, di beberapa lokasi masih ada pengendara parkir seenaknya, dan tarif parkir yang lebih mahal dari ketentuan. Seputar anak putus sekolah, terutama yang akan masuk SMA/SMK, mendominasi keluhan para pemuda tersebut.
Menanggapi beragam pertanyaan, Risma selalu menggarisbawahi bahwa pengelolaan SMA/SMK sejak Juli 2017 menjadi tangggung jawab Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Urusan Pemkot Surabaya adalah tingkat SD dan SMP, baik negeri maupun swasta, dan semua mendapatkan jatah bantuan operasional pendidikan daerah (Bopda) dari Pemkot.
Bahkan, Bopda bagi sekolah swasta langsung diserahkan kepada sekolah dan pemkot masih membantu sarana belajar, seperti komputer dan laptop, buat siswa.
Surabaya juga bebas dari pengemis, bahkan tidak boleh ada yang mengamen dan berjualan di wilayah persimpangan jalan. Anak jalanan ditampung di Kampung Anak Negeri di Wonorejo. Mereka dibina, lalu dicarikan pekerjaan.
Dalam kesempatan ini, Wali Kota Surabaya juga menjelaskan dengan serius permasalahan penerimaan siswa sekolah baru tingkat SMP. Menurut Risma, adanya temuan ijazah anak ditahan di sekolah hingga akhirnya ada siswa putus sekolah karena tidak bisa bayar sekolah.
Jika membahas perihal anak-anak putus sekolah, saya membayangkan bagaimana jika nasib saya seperti mereka. Banyak sekali anak putus sekolah dari SMA.
Realitas banyaknya siswa SMA/SMK putus sekolah membuat Pemkot Surabaya menangani sendiri persoalan ini dengan menggandeng banyak pihak.
”Jika membahas perihal anak-anak putus sekolah, saya membayangkan bagaimana jika nasib saya seperti mereka. Banyak sekali anak putus sekolah dari SMA,” ujar Risma sambil mengungkapkan bahwa dana operasional sebagai wali kota seluruhnya untuk membiayai beberapa orang dengan HIV/AIDS di Surabaya.
Diskusi pun berjalan menarik dan membuat Wali Kota memutuskan untuk memperpanjang durasi diskusi tentang pendidikan. Sebagai bagian dari pendidikan, Risma juga mengajak para pemuda yang hadir untuk ikut dalam program pejuang muda sebagai sarana untuk berbisnis.
Petugas terbatas
Bukan hanya masalah pendidikan, persoalan ketertiban umum juga dibahas dalam diskusi ini. Salah satu yang menjadi perhatian adalah parkir tepi jalan umum yang mengakibatkan kemacetan. Didik, salah satu pegiat komunitas sepeda motor, menyampaikan, parkir di rumah sakit kawasan Ampel dan Tambak Rejo sering kali bermasalah dan menimbulkan kemacetan.
Untuk itu, Risma mengemukakan, keterbatasan petugas di lapangan membuat penindakan tidak bisa maksimal. ”Petugas sangat terbatas sehingga tidak bisa sepenuhnya ditangani. Itu sebabnya, partisipasi warga dalam hal ini diperlukan,” katanya.
Bahkan, kata Risma, untuk membenahi parkir di Jalan Pemuda, dirinya sering turun sendiri. Hal itu disebabkan keterbatasan petugas di lapangan. Dalam kesempatan yang sama, Risma juga menjelaskan larangan parkir kendaraan di depan rumah. Semakin banyak warga yang memarkir kendaraan di depan rumahnya justru mengganggu banyak pihak.
Seperti kebakaran beberapa waktu lalu di Mulyorejo, mobil PMK susah masuk dengan cepat karena banyak mobil diparkir di depan rumah.
Pertemuan bertajuk ”Silaturahmi Akbar Arek-arek Surabaya” ini bermaksud mendapatkan bingkai yang sama untuk menjaga Surabaya agar tetap nyaman dan warganya sejahtera.
Hal senada juga disampaikan Hamka, Wakil Ketua Pemuda Pusura, bahwa acara seperti ini bertujuan menjaga keamanan dan kenyamana kota. ”Harapannya, dengan dialog seperti ini, antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan agar ada kesepahaman antar-organisasi kemasyarakatan sejak dini,” ujarnya.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.