Begitu bendera kuning diangkat tanda dimulainya lomba, 15 sampan dayung melesat membelah perairan di pinggir hutan mangrove Kepulauan Togean, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah. Sampan-sampan itu saling beradu cepat melahap 700 meter jarak lomba demi merebut gelar juara.
Persaingan masih ramai hingga 300 meter pertama dari titik awal lomba. Tidak ada sampan yang unggul sendiri. Meski terlihat rapat, tak ada sampan yang bersenggolan.
Namun, memasuki paruh kedua lintasan lomba, tersisa tiga sampan yang bersaing di posisi terdepan. Ketiganya saling bergantian memimpin lomba. Pada akhirnya, hanya ada satu pemenang.
Sampan tim Milok dari Desa Tiga Pulau, Kecamatan Talatako, berhasil menjadi yang pertama tiba di garis akhir. Juara II dan Juara III berturut-turut direngkuh tim Pulau Papan, Desa Kadoda, Kecamatan Talatako, dan tim Pulau Enam, Desa Pulau Enam, Talatako. Juara I menerima hadiah Rp 7 juta, sementara Juara II dan Juara III berturut-turut berhak atas Rp 5 juta dan Rp 3 juta.
Lomba mendayung sampan tersebut digelar di perairan Pulau Malenge, Kecamatan Talatako, Tojo Una-Una, Sabtu (11/8/2018). Lomba itu bagian dari Togean International Oceanic Festival, 7-11 Agustus, yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Tojo Una-Una.
Festival tersebut dibuat untuk mempromosikan potensi wisata Taman Nasional Kepulauan Togean yang terkenal dengan pantai pasir putih di sejumlah pulau dan keindahan alam bawah lautnya.
Satu tim lomba terdiri dari empat orang anggota. Para peserta merupakan utusan desa atau kampung di pulau-pulau di Kepulauan Togean. Sampan yang dipakai berlomba berukuran paling panjang 5 meter dengan lebar 60 sentimeter.
Panitia tidak membatasi umur peserta lomba. Karena itu, ada tim yang pesertanya terdiri atas para bapak yang berumur lebih dari 45 tahun, salah satunya tim Kabalutan. Di awal lomba, mereka melaju kencang. Bahkan, mereka sempat memimpin lomba.
Namun, begitu memasuki jarak lebih dari 250 meter, mereka kedodoran. Posisi mereka pun terus merosot hingga tak mendapatkan juara. Padahal, tim tersebut sering juara dalam lomba-lomba sebelumnya.
Sebaliknya, tim juara diisi tenaga segar yang rata-rata berumur di bawah 45 tahun. Di tim Milok, sang juara, misalnya, dari empat anggota, hanya satu orang yang berumur 45 tahun. Sisanya berumur di bawah 40 tahun.
“Kami memang sudah sepakat untuk memilih peserta lomba yang berusia muda. Mendayung sejauh 700 meter pasti menguras tenaga,” kata Harjon (37), anggota tim Milok.
Lomba mendayung sampan sering digelar di Kepulauan Togean. Sebelum lomba kali ini, lomba juga digelar dua tahun lalu yang diselenggarakan secara gabungan oleh enam kecamatan di kepulauan tersebut.
Asman, penanggung jawab lomba, menyebutkan, pantia sengaja tidak membatasi umur peserta. Namun, dengan jarak tempuh yang panjang, harusnya peserta bisa memilih tenaga muda untuk bisa bersaing.
Meskipun sasaran utama lomba untuk menyemarakkan festival, tetapi juara tetap menjadi dambaan peserta. Juara kadang ditentukan oleh keputusan kecil.