TEMANGGUNG, KOMPAS- Selain mengandalkan bantuan, sebagian warga di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, yang mengalami krisis air bersih, mencari sumber air di berbagai daerah. Tidak sekedar mencari ke lain dusun atau kampung, upaya pencarian air bahkan dilakukan hingga melintasi kecamatan dan kabupaten.
Sukir, kepala Dusun Kartomargomulyo, Desa Tlogopucang, Kecamatan Kandangan, mengatakan, sejak musim kemarau dimulai Juni lalu, warga Dusun Kartomargomulyo terpaksa mengambil air di Kecamatan Kaloran, wilayah Sumowono, Kabupaten Semarang.
“Tidak sekedar jauh, sampai di sumber air Kecamatan Kaloran atau di Sumowono, warga pun harus terlebih dahulu mengantri untuk mendapatkan air,” ujarnya, Kamis (16/8/2018).
Jarak antara Dusun Kartomargomulyo dengan sumber-sumber air di Kecamatan Kaloran dan Sumowono, tersebut berkisar 3 kilometer. Kebanyakan warga biasanya pergi ke sana dengan mengendarai sepeda motor sembari membawa jeriken-jeriken besar.
Dengan kondisi krisis air yang dialami, Dusun Kartoamrgomulyo, sejak Juni lalu, rutin mendapatkan bantuan air dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Temanggung. Namun, menurut Sukir, warga pun tetap harus melakukan upaya mencari air ke berbagai daerah karena bantuan air yang didapat, biasanya hanya memenuhi kebutuhan rumah tangga warga selama satu atau dua hari saja.
Mar’ah, salah seorang warga Dusun Kartomarmulyo, mengatakan, setiap bantuan air dari BPBD Kabupaten Temanggung datang, dia bisa mendapatkan delapan hingga Sembilan jeriken air, dengan kapasitas per jeriken berkisar 30-50 liter. Air yang diperoleh tersebut, menurut dia, biasanya habis untuk keperluan memasak dan air minum selama dua hari saja.
“Saat air sudah habis dan bantuan belum datang lagi, saya biasanya harus mengambil air di sumber air di lain dusun yang berjarak sekitar dua kilometer dari rumah,” ujarnya. Karena tidak memiliki kendaraan bermotor, maka jeriken-jeriken air tersebut biasanya dibawa oleh Mar’ah bersama suami dan anaknya, dengan cara dipanggul.
Kesulitan air juga terjadi di SMP Negeri 2 Kandangan di Desa Gesing, Kecamatan Kandangan. Karena tidak ada sumber air, di musim kemarau ini, pasokan air untuk keperluan mandi cuci kakus (MCK) di kamar mandi di sekolah, hanya didapatkan dari bantuan air dari BPBD Kabupaten Temanggung.
Namun, jika air sudah habis dan bantuan belum datang, maka 127 siswa di SMP tersebut biasanya diminta untuk membawa air sendiri dari rumah.
“Kami meminta siswa-siswa membawa air dalam botol-botol bekas minuman. Jumlah botol terserah mereka, karena air yang dibawa adalah sesuai kebutuhan mereka sendiri,” ujar Nur Rahman, salah seorang staf humas di SMP Negeri 2 Kandangan. Upaya ini bisa dilakukan karena banyak siswa SMP tersebut berasal dari desa-desa yang tidak mengalami krisis air.
Terkadang, pada kondisi mendesak karena membutuhkan air dalam volume besar, siswa pun diminta membantu untuk mengambil air dari sumber air di lain dusun.