Pergerakan Ekonomi Surabaya Sangat Cepat
SURABAYA, KOMPAS — Pergerakan ekonomi di Kota Surabaya, Jawa Timur, sangat cepat. Pelaku usaha semakin inovatif tidak hanya dalam menciptakan produksi, tetapi mencari pasar, termasuk menggenjot pemasaran produk makanan, minuman, dan kerajinan secara online atau dalam jaringan lewat media sosial.
Seperti diutarakan Yayuk (53), pemilik Arara Art yang membuat pernak-pernik etnik dari berbagai bahan baku alami, kerajinan tangan yang sudah dirintis sejak 2005 hingga kini peminatnya semakin meningkat.
Kalau sebelum 2014 semua produk berupa kalung, anting, dan gelang etnik pemasaran hanya lewat toko atau pameran, kini lebih banyak dan lewat media sosial. ”Produk saya foto lalu unggah. Dalam sehari bisa lima sampai sepuluh barang laku,” kata pelaku usaha yang tinggal di Simohilir Utara, Surabaya, ini.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat membuka pameran Surabaya Great Expo 2018 di Atrium Mall Grand City, Jumat (10/8/2018), mengungkapkan bahwa pergerakan ekonomi di kota dengan penduduk 3 juta jiwa ini luar biasa cepat. Indikatornya hampir setiap kali digelar pameran produksi UKM, termasuk kegiatan Mlaku-mlaku nang Tunjungan, yang kini digelar hampir setiap bulan, omzet pelaku usaha terus meningkat.
Pada kesempatan itu, Risma menyampaikan perkembangan perekonomian Surabaya dari awal menjabat hingga saat ini. Pada 2010, awal menjabat sebagai Wali Kota, daya beli masyarakat yang rendah ada di kisaran 43 persen, menengah atau sedang berada di kisaran 42 persen, dan sisanya merupakan daya beli tinggi.
Berarti telah terjadi pergerakan ekonomi yang sangat cepat.
Sejak 2016 ketika dilakukan survei, daya beli masyarakat yang rendah tinggal 8 persen. Kemudian yang sedang turun jadi 41 persen. Kondisi ini sebagai cerminan ada lompatan dari daya beli rendah ke daya beli yang tinggi.
”Padahal, seharusnya, kan, dari rendah ke menengah dulu. Nah, ini tidak, langsung melompat ke tinggi. Berarti telah terjadi pergerakan ekonomi yang sangat cepat,” kata Risma.
Selain itu, pada saat awal-awal menjadi Wali Kota Surabaya, pendapatan asli daerah (PAD) Kota Surabaya hanya mencapai Rp 900 miliar. Namun, saat ini, PAD Kota Surabya sudah Rp 5 triliun lebih. ”Jika dulu komposisinya di Pemkot Surabaya PAD 40 persen dan 60 persen dari sumbangan pemerintah pusat dan provinsi, sekarang justru terbalik. PAD sebesar 60 persen dan 40 persen bersumber dari pemerintah pusat dan provinsi,” kata Risma.
Jika dulu komposisinya di Pemkot Surabaya PAD 40 persen dan 60 persen dari sumbangan pemerintah pusat dan provinsi, sekarang justru terbalik. PAD sebesar 60 persen dan 40 persen bersumber dari pemerintah pusat dan provinsi.
Oleh karena itu, Wali Kota Risma juga mengajak warga Surabaya untuk bersyukur dengan kondisi pergerakan perekonomian ini. Salah satu caranya untuk mensyukurinya adalah memberikan bantuan kepada saudara-saudara di Lombok yang saat ini terkena musibah gempa.
Pada kesempatan itu pula, Wali Kota Risma mengaku sengaja menggelar acara Surabaya Great Expo 2018 dibarengkan dengan acara Surabaya Marathon 2018 pada bulan Agustus. Tujuannya, supaya para tamu peserta Surabaya Marathon ikut datang dan berbelanja ke pameran Surabaya Great Expo itu. ”Tinggal bagaimana cara panitia mengarahkan peserta maraton mampir di lokasi pameran,” ujarnya.
Semakin rutin
Untuk mendongkrak penghasilan pelaku usaha di segala bidang yang makanan, minuman, penginapan serta kerajinan, termasuk oleh-oleh, kata Kepala Dinas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya Antiek Sugiharti, Pemkot Surabaya semkain sering menggelar event. Lewat penyelenggaran event, termasuk pertemuan atau studi banding dari sejumlah daerah di Indonesia yang tak kenal berhenti ke Surabaya, produk lokal semakin dikenal.
Surabaya memang tak memiliki alam yang memesona, seperti Banyuwangi, Pacitan, Malang, dan Batu. Namun, ketiadaan tempat wisata yang menakjubkan itu, Surabaya justru semakin banyak dikunjungi karena kota ini benar-benar nyaman, bersih, dan tertata serta semua berwawasan lingkungan.
Untuk lebih menarik lagi jumlah pengunjung ke kota ini, kata Antiek, pihaknya akan terus menciptakan berbagai kegiatan khas, baik seni maupun budaya. Apalagi sisa waktu hingga Desember ada beberapa kegiatan yang digelar di Surabaya dengan menghadirkan undangan dari sejumlah kota di belahan dunia. Peserta setiap pertemuan bertaraf internasional paling tidak 2.000 orang sehingga sangat potensial untuk menambah pundi-pundi warga Surabaya.
Menurut Wali Kota Risma, dengan adanya kondisi ini, dia yakin perekonomian Kota Surabaya akan terus bergerak menjadi lebih baik ke depannya. Alhasil, tidak lagi warga yang kesulitan dan mengeluh dalam menyekolahkan anak-anaknya.
Direktur PT Debindo Mitra Tama Kushendarman mengatakan, pameran yang sudah memasuki tahun kesembilan ini diikuti oleh 83 stan UMKM. Stan-stan ini dibagi menjadi tiga bagian dengan tema berbeda-beda, di antarnya produk fashion, informasi pelayanan perizinan, dan informasi pariwisata serta kerajinan. ”Selain itu, juga ada tema lingkungan hidup, pertanian, perbankan, dan pelayanan air bersih,” katanya.
Dalam pameran tahun ini, pihaknya menargetkan transaksi sebesar Rp 40 miliar dengan jumlah pengunjung ditargetkan mencapai 25.000 orang. Hal ini diyakini tercapai karena pada tahun ini berbarengan dengan acara Surabaya Marathon. Paling penting setelah acara ini ada beberapa UKM yang memiliki order berkelanjutan atau ada pesanan hingga beberapa bulan ke depannya.