Mimpi Gresik Jadi Sentra Produksi Mangga Terbesar
GRESIK, KOMPAS - Kabupaten Gresik, Jawa Timur siap menjadi pusat riset dan sentra komoditas mangga di Indonesia. Di daerah indusri ini dikembangkan mangga varietas chokanan asal Thailand dan varietas agri gardina dengan kualitas ekspor.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Gresik, Agus Djoko Waluyo, Kamis (9/8/2018) menyebutkan keinginan untuk menjadi pusat riset mangga dan sentra mangga itu semakin terbuka dengan adanya Taman Teknologi Pertanian di Sukodono, Kecamatan Panceng. Pengelolaan TTP ke Pemkab Gresik telah resmi diserahkan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Rabu (8/8/2018) lalu.
Menurut Agus, TTP memiliki luas 50 hektar, 10 hektar diantaranya sudah dimanfaatkan. Di TTP ini juga dikembangkan mangga agri gardina. Meskipun baru berumur dua tahun, mangga ini sudah bisa berbuah.
Jumlah itu tidak termasuk satu dua pohon yang ditanam di depan rumah warga
Mangga itu merupakan hasil persilangan, berkat inovasi Sudarmaji, dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jatim. Mangga itu bisa berbuah sepanjang tahun tanpa mengenal musim.
Secara keseluruhan, di Gresik, tercatat ada 229.230 batang mangga dengan produksi 696.884 kuintal setahun. Komoditas mangga tersebar di Ujungpangkah, Panceng, Dukun, Kebomas, Menganti dan Wringinanom. “Jumlah itu tidak termasuk satu dua pohon yang ditanam di depan rumah warga,” kata Agus.
Sejahterakan petani
Bupati Gresik, Sambari Halim Radianto berkomitmen mengembangkan kawasan TTP agar bisa meningkatkan kesejahteraan warga terutama petani. Upaya itu diharapkan bisa mengentaskan kemiskinan. “Pengembangan budi daya mangga ini akan meningkatkan ekspor dan menghasilkan devisa juga,” katanya.
Sambari berterimakasih kepada PT Polowijo Gosari yang menghibahkan tanah seluas 50 hektar, 40 hektar untuk waduk, 10 hektar untuk pengembangan dan riset mangga. Di TTP juga ada pengembangan sapi unggul, pembuatan makanan ternak dari bungkil jagung, jajanan berbahan dasar jagung, es krim dari jagung serta pembuatan dodol mangga.
Pengembangan budi daya mangga ini akan meningkatkan ekspor dan menghasilkan devisa juga
Chief Executive Officer (CEO), PT Polowijo Gosari Achmad Djauhar Arifin menyatakan beroperasinya TTP plus diharapkan bisa mengangkat taraf hidup petani. Petani bukan hanya sebagai penggarap, tetapi diharapkan juga punya saham di industri berbasis pertanian.
Pihaknya memiliki plasma pengembangan mangga termasuk varietas Congkonan. Pihaknya fokus mengembangkan 50.000 hektare lahan perkebunan inti plasma dengan fokus komoditas mangga. Ada 150.000 keluarga yang terlibat. Rencananya total kebun inti plasma perusahaan mencapai 64.100 hektare, termasuk di Sedayu.
Petani bukan hanya sebagai penggarap, tetapi diharapkan juga punya saham di industri berbasis pertanian
Pengembangan usaha sektor perkebunan mangga dikelola anak perusahaan PT Polowijo Gosari, PT Galasari Gunung Swadaya. Tahap awal kebun inti plasma seluas 2.500 hektare di Panceng. Tahap II seluas 11.600 hektar terbagi 8.800 hektar di Gresik dan 2.800 hektar di Lamongan.
Delapan daerah masuk pengembangan tahap III, yakni Tuban (15.000 hektar), Gresik (4.000), Bojonegoro (7.000), Lamongan (5.000), Bangkalan (3000), Sampang (4.000), Pamekasan (2.000), dan Sumenep (5.000). Pengembangan kebun mangga bisa meningkatkan pendapatan petani hingga Rp 70 juta per hektar per tahun.
Potensi besar
Menurut Technical Manager PT Rainbow Agrosciences, Adi Wihardi, Indonesia adalah penghasil mangga terbesar ke-4 di dunia dengan produksi 2,4 juta ton per tahun. Mangga diekspor diantaranya ke Malaysia, Singapura dan Thailand.
Peran teknologi harus dioptimalkan agar mangga bisa dipanen saat tidak musim. Melalui kerja sama PISAgro, PT Syngenta Indonesia, dan PT Rainbow Agrosciences, petani di Jatim dan Nusa Tenggara Barat diajari memanen saat tidak musim panen mangga.
Rata-rata pohon mangga seharusnya bisa menghasilkan 40 kg per pohon.
Regional Sales Manager Jawa Timur PT Syngenta Indonesia Nur Hidayat, menyebutkan pohon yang tidak terawat hanya dapat menghasilkan buah sebanyak 20 kilogram per pohon. Rata-rata pohon mangga seharusnya bisa menghasilkan 40 kg per pohon.
Tanaman mangga di Indonesia juga menurun. Pada 2014 luas panen buah mangga mencapai 268.053 hektare, 2015 turun 26,32 persen menjadi 197.502 hektare. Pada periode yang sama di Jatim, luasan lahan turun dari 102.820 hektar, menjadi 79.808 hektar. Nur menilai perlu panen musim awal agar tidak terjadi kelebihan pasokan yang menyebabkan harga jatuh.
Petani di Ujungpangkah, Khusairul (57), punya 162 pohon mangga. Ia mempraktikkan pola tradisional pada lima tahun pertama, selebihnya menerapkan panen awal, sehingga mendapatkan harga tinggi.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan bangga dengan fasilitas TTP di Gresik. Ia ikut menaman pohon mangga secara simbolis, sebagai tanda pengembangan buah mangga di TTP. “Ini langkah awal untuk mensejahterakan petani,” ujarnya.
Menurut Amran, saat ini ada empat komoditi strategis yang bisa diekspor, yakni jagung, bawang merah, telur ayam dan domba. Sebanyak 300.000 ton jagung telah diekspor ke lima negara termasuk Malaysia.
Jatim merupakan penghasil jagung terbesar diantaranya disumbang Gresik dan Lamongan. “Mangga juga diharapkan menjadi komoditas unggulan. Kalau sektor pertanian maju, rakyat akan sejahtera,” katanya.
Ketua DPR RI Bambang Soesatyo, meminta PT Polowijo Gosari Group, bisa memanfaatkan keberadaan TTP untuk mengembangkan teknologi pertanian di Gresik lebih masif lagi, khususnya, dalam meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian lokal. Pengembangan itu bukan hanya di bidang pertanian semata, tetapi bisa merambah ke peternakan serta pengolahan hasil pasca panen.
Bambang menjelaskan, TTP berfungsi sebagai pusat diseminasi teknologi dan inkubasi bisnis bagi masyarakat. TTP bisa berfungsi sebagai wadah pelatihan bagi calon-calon pengusaha muda, sekaligus media konsultasi bagi pelaku bisnis setempat. Keberadaan TTP dapat melahirkan inovasi teknologi pertanian tepat guna, serta menjadi pusat agribisnis di Gresik dan wilayah disekitarnya.
Selain itu, kata Bambang, TTP dapat pula dikembangkan sebagai destinasi agrowisata untuk wisatawan lokal dan mancanegara. TTP menjadi tempat menyenangkan untuk meraih ilmu pengetahuan, serta menyenangkan untuk mengoptimalkan fungsinya dalam menambah nilai ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan.
Keberadaan TTP dapat melahirkan inovasi teknologi pertanian tepat guna, serta menjadi pusat agribisnis di Gresik dan wilayah disekitarnya.
Pihaknya akan mendorong Kementerian Pertanian untuk memperbanyak serta memperluas penyebaran TTP di tanah air. “Itu bisa menggairahkan praktisi pertanian, peneliti, maupun penyuluh untuk melakukan kajian guna meningkatkan kualitas produksi dan produktivitas usaha tani,” kata Bambang.