TUBAN, KOMPAS - Tindak lanjut terkait pengelolaan goa yang ditemukan di areal batu kumbung (sejenis batu.kapur) di Desa Jadi, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa Timur pada Kamis (2/8/2018)lalu menunggu kajian, pemetaan dan rekomendasi ahli dan pihak terkait. Pemerintah Kabupaten Tuban menunggu observasi dari ahli geologi, pakar goa, pakar lingkungan dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam.apakah dikelola untuk destinasi wisata atau untuk konservasi.
Wakil Bupati Tuban, Noor Nahar Hussein, saat meninjau lokasi, Selasa (7/8/2018) menuturkan pelibatan berbagai pihak terkait itu juga penting apakah penambangan batu kumbung bisa.dilanjutkan
atau tidak. Hal itu menyangkut ekonomi petambang, tetapi jika dilanjutkan dikhawatirkan bisa nerusak goa yang masih perawan itu.
Goa itu ditemukan tidak sengaja di bawah tambang kumbung milik Sayu (63), oleh dua anaknya Sudaryono (35) dan Totok Sugianto (24) pada Kamis (2/8/2018). Luas tambangnya sekitar 1 hektar. "Saya datang ingin memastikan keamanan lokasi. Ini sudah viral, dikhawatirkan banyak yang penasaran ingin lihat," kata Noor.
Ia meminta lubang akses masuk ditutup besi lagi dan digembok, areal dilarang masuk dipasangi garis polisisl. Masyarakat diminta bersabar, karena pengelolaan goa masih perlu kajian, pemetaan dan pengumpulan data topologi, geologi, ekologi juga konservasi."Ini justru untuk mengamankan aset yang masih perawan ini," ujarnya.
Apakah nanti untuk konservasi atau destinasi wisata, tetap perlu dibangun akses jalan masuk. Ketebalan.areal.yang masih boleh ditambang, boleh ditambah atau diperluas juga perlu jalan keluar. "Ini bukan hanya untuk melindungi goa tetapi juga memikirkan nasib petambang jika penambangan.tidak bisa diteruskan," paparnya.
Dinas Linglungan Hidup,.Bagian Pengelolaan Sumberdaya Alam diminta memetakan eksploitasi tambang. Semua juga demi keselamatan dan keamanan petambang.
Menurut Noor, jika dipaksakan tetap ditambang tanpa memperhitungkan ketebalan dan jarak aman bisa meruntuhkan goa juga mengancam keselamatan jiwa. "Saat ini belum juga belum.ada rekomendasi kegoaan," katanya.
Noor secara pribadi akan senang dan mendukung jika goa itu bisa dikelola untuk wisata. Itu akan memberikan dampak ekonomi dan kesejahteraan warga. "Saat ini yang terpenting keselamatan warga dan petambang dulu, dan goa tidak rusak. Saya minta tidak sembarang orang masuk goa," ucapnya.
Sudaryono dan Totok Sugianto menuturkan goa itu ditemukan Kamis (2/8/2018) pukul 15.30, saat keduanya menggergaji kumbung. Saat itu tiba tiba muncul lubang dari lantai tambang disertai semburan angin kencang. Setelah semburan angin.terhenti,.dari lubang yang muncul di bawah terlihat hamparan.
Keduanya memperlebar lubang, lalu turun.menggunakan tangga. Di dalam terlihat stalagtit dan stalagmit yang indah. Karena oksigen menipis keduanya naik lagi dan.menceritakan pengalaman menakjubkan yang dialami kepada warga lainnya. Temuan itu pun didatangi warga yang penasaran.
Temuan itu pun sampai ke polisi dan camat Semanding. Demi keselamatan pada Junat (3/8/2018)sore pukul 15.00, lubang itu pun ditutup dengan lempengan besi ukuran 70x120 sentimeter. Tangga ditarik keluar area tambang. Besi itu digunakan untuk menaruh batu kumbung yang sudah dipotong lalu ditarik ke atas dengan katrol.
Pada Sabtu (4/8/2018) areal kubangan tambang dipasangi garis polisi. Menurut Kepala Polres Tuban Nanang Haryono penutupan itu dilakukan karena lokasi goa rawan dan berbahaya.
Camat Semanding Bambang Sumadiyo menambahkan penutupan itu juga untuk melindungi kealamian goa. Jika sembarang orang masuk dikhawatirkan merusak.
Alim Muttamam, dari Mahapala Lontar Universitas Sunan Bonang Tuban yang juga warga Desa Jadi yang tetlibat dalam observasi goa Minggu (5/8/2018) lalu menyebutkan panjang goa sekitar 214 meter. Rongga goa selebar bervariasi 50 sentimeter hingga 5 meter. Tinggi, rongga goa 70 cm hingga 13 meter.
"Yang unik ada pertemuan stalagtit dan stalagmit berdiameter 1,5 meter. Selain itu ada yang vertikal lalu membelok hirizontal," papar Alim kepada Noor.