Jalan Berliku Devi Safitri Meraih Emas
Atlet hapkido Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Devi Safitri (21), berhasil meraih medali emas di ajang World Hapkido Championship Seoul 2018 di Korea Selatan. Tak mudah bagi anak yatim piatu itu meraihnya. Ia nyaris tidak bisa berangkat karena terkendala biaya. Namun, berkat dukungan orang di sekitarnya, ia bisa berlaga di pentas dunia.
Medali emas tergantung di dinding ruang tamu kediaman Devi Safitri di Desa Sungai Ambangah, Kubu Raya, Jumat (3/8/2018). Medali itulah yang ia peroleh saat di Seoul pada 29 Juli 2018.
Perjuangan Devi tidak mudah. Untuk berangkat, dia terkendala biaya. Rusli, pelatih Devi, bahkan merogoh kocek sendiri untuk biaya membuat paspor Devi dan tiket keberangkatan Devi ke Korea Selatan. ”Kebetulan ada maskapai yang tiketnya sedang promo waktu keberangkatan Devi. Jadi, kami membeli tiket promo sehingga meringankan,” kata Rusli.
Meski demikian, biaya tetap kurang karena masih banyak keperluan, misalnya penginapan. Akhirnya, Rusli dan Devi mencoba meminjam uang kepada salah seorang keluarga Devi. Untungnya keluarga itu memiliki uang dan memberi pinjaman. Selain itu, Devi juga mendapat uang saku dari Ketua Hapkido Kalbar.
”Saya sempat meminta bantuan kepada Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi Kalbar, tetapi karena pertandingan yang akan diikuti Devi adalah pertandingan internasional. Maka, KONI Kalbar tidak bisa membantu,” kata Rusli.
Rusli dan Devi menemui Dinas Pemuda dan Olahraga Kubu Raya lalu dipertemukan dengan Wakil Bupati. Wakil Bupati pun memberikan uang saku untuk Devi sehingga ada tambahan untuk biaya keberangkatan ke Korea Selatan.
Rusli memutuskan tidak ikut mendampingi Devi ke Korea Selatan agar menghemat biaya. Biaya yang terkumpul tidak cukup untuk keberangkatan dua orang. Devi akhirnya berangkat dengan tim Hapkido Indonesia di Jakarta. ”Saya titip Devi dengan tim Indonesia di Jakarta dan saya tak bisa mendampingi,” ujar Rusli.
Devi mengikuti pelatnas di Jakarta sekitar seminggu sebelum ke Korea Selatan. Tujuannya agar Devi bisa menyesuaikan dengan pelatih lainnya.
Pemacu semangat
Tantangan itu justru membuat semangat Devi berlipat ganda. Ia tidak mau menyia-nyiakan pengorbanan orang-orang yang telah memperjuangkan dirinya agar berangkat ke Seoul meski tanpa didampingi pelatihnya. ”Awalnya saya sedih saat tiba di Korea Selatan, hanya saya yang tidak didampingi pelatih daerah. Namun, saya tidak mau berlarut dengan kesedihan. Saya mengubah itu menjadi energi penyemangat untuk bertanding,”
ungkap Devi.
Apalagi, ia juga termotivasi ingin mengubah hidupnya melalui olahraga. Sebab, ia anak yatim piatu bersama adiknya. Ia tinggal bersama kakek dan neneknya sepeninggal ayah dan ibunya. Ia bercita-cita ingin mengobati kakeknya yang sakit sesak napas dan membiayai mereka untuk umrah.
Sebelum Devi bertanding, Rusli menghubungi Devi melalui telepon seluler. Rusli berpesan agar fokus pada laga. Jangan terbebani dengan hasil menang atau kalah, tetapi berusahalah tampil maksimal.
Selama di Korea Selatan, ia bertanding dua kali. Pertandingan pertama menghadapi atlet dari Australia. Devi berhasil menang KO. Lawannya tak berdaya terkena bantingan Devi. Demikian juga pertandingan kedua, ia menghadapi lawan dari Hong Kong. Lawannya yang itu juga berhasil ia kalahkan dengan KO. Lawannya bahkan kesulitan bangun dari arena pertandingan setelah terkena bantingan Devi.
Devi tak menyangka berhasil meraih medali emas di kejuaraan dunia jika ia mengingat betapa sulitnya mendapatkan dana berangkat ke Korea Selatan. Apalagi, ia berhasil menang di negara yang menjadi kiblat hapkido.
Pada 31 Juli, Devi pulang ke Kalbar dan disambut jajaran Pemerintah Kabupaten Kubu Raya dan sejumlah pihak di Bandara Internasional Supadio, Pontianak. Semua bangga kepadanya. Di rumah kakeknya pun diadakan syukuran sederhana untuk merayakan prestasi yang diperoleh Devi.
Berliku-liku
Namun, empat hari sepulang Devi dari Korea Selatan, kakek Devi meninggal karena sakit sesak napas. Devi belum sempat berbuat banyak untuk kakeknya seperti cita-citanya sebelum ke Korea Selatan.
Menaklukan lawan-lawannya di arena pertandingan mungkin lebih mudah jika dibandingkan dengan kenyataan hidup yang harus ia hadapi selama ini.
Jauh sebelum menjadi peraih medali emas di kejuaraan dunia, Devi dan adiknya hidup sebatang kara. Ayahnya meninggal saat ia kelas II SMA sekitar tahun 2013. Saat itu ia berusia 16 tahun. Tak lama, 100 hari setelah kematian ayahnya, ibunya meninggal. ”Saya dan adik menjadi yatim piatu. Saya dan adik akhirnya tinggal dengan kakek dan nenek. Pendidikan saya dan adik dibiayai paman dan kakek. Meskipun demikian, keluarga saya orang tidak mampu sehingga saya pun mencari pekerjaan sampingan,” ucap Devi.
Devi bekerja mengantre bahan bakar dengan membawa jeriken di SPBU. Ia bekerja untuk agen penjual eceran dengan upah Rp 60.000 per 100 liter bahan bakar yang didapatkan. Selain itu, ia juga mengangkut pasir. Ia harus pandai membagi waktu untuk latihan bela diri yang saat itu ia mulai dengan taekwondo sejak kelas I SMA dan akhirnya pada 2016 mulai menekuni hapkido. Uang itulah yang dipergunakan membantu meringankan beban paman dan kakeknya untuk biaya sekolah dirinya dan adiknya.
Pada 2014, setamat SMA, dia tak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi karena kendala biaya. Ia memprioritaskan adiknya sehingga biaya pendidikan difokuskan kepada adiknya yang duduk di bangku SD waktu itu. Pada 2016 dan 2017 ia mencoba mendaftar menjadi anggota Polri, tetapi gagal. Lalu, ia bekerja di perusahaan pengolahan kayu di bagian penyortiran. Ia menekuni bela diri sambil bekerja.
Kini, sepulang dari Korea Selatan, ia mencoba mendaftarkan diri mengikuti seleksi menjadi prajurit TNI. Ia berharap bisa lolos sehingga memiliki masa depan yang jelas. Jika masa depannya jelas, masa depan adiknya pun jadi jelas karena mereka memiliki pegangan hidup.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kubu Raya C Tri Agustina mengatakan, pihaknya akan memfasilitasi Devi mencapai cita-citanya. Pemkab setempat berencana menemui pihak Kodam XII/Tanjungpura untuk meyakinkan mereka bahwa Devi layak diterima menjadi anggota TNI.
Selain itu, Pemkab Kubu Raya juga akan memberikan bonus kepada Devi atas prestasinya. Bonus itu juga menjadi motivasi Devi dan atlet lain agar terus berprestasi yang terbaik.