Ceceran Minyak di Balikpapan Berkurang, Pelaku Belum Diketahui
Oleh
Lukas Adi Prasetya
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS - Ceceran atau tumpahan minyak yang terhampar ratusan meter sepanjang kawasan Pantai Melawai, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (6/8/2018). Sepekan setelah kejadian ini, atau hampir tiga pekan jika dihitung dari pencemaran pertama di Melawai, pelaku pencemaran tetap belum diketahui.
Dari pantauan Kompas, Senin (6/8) siang, tampak ceceran minyak sudah jauh berkurang dibandingkan beberapa hari lalu. Bercak-bercak hitam dan genangan hitam di sepanjang pantai, sudah jauh berkurang. Saat air laut pasang, lapisan minyak yang tipis di permukaan juga sudah berkurang.
Kawasan Melawai terpapar minyak tiga kali secara beruntun, yakni pada 20 Juli, 23 Juli, dan 31 Juli lalu. Tumpahan minyak ini hanya terkonsentrasi di pantai dan perairan pantai Melawai. Berbeda jauh dengan tumpahan skala besar sebelumnya, akhir Maret lalu, yang sampai mencemari 13.000 hektar perairan.
Pembersihan minyak oleh Pertamina di kawasan Melawai dilakukan dengan menyedot dan menaburkan penetral minyak, pada 20 Juli dan 31 Juli. Sampah-sampah yang terselimut ceceran minyak juga sudah banyak diangkut dalam sepekan ini. Namun sampah masih tampak di sudut-sudut pantai. Pemkot Balikpapan belum mencabut larangan beraktivitas di pantai, terutama berenang.
Gabriela, warga Balikpapan, berpendapat, Melawai semestinya bersih. “Pantai ini cukup indah. Sembari menikmati kuliner, kita bisa lihat kapal-kapal dan perairan teluk. Namun serangkaian kejadian ceceran minyak di Melawai, juga di Teluk Balikpapan (Maret lalu) membuat pantai jadi tidak terlalu menarik,” keluhnya.
Hingga saat ini, belum diketahui siapa pelaku pencemaran dan dari mana ceceran minyak ini. Sampel ceceran minyak telah diteliti, dan sejauh ini, menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Balikpapan Suryanto, tiga kejadian di Melawai ini diyakini saling berkaitan.
Pihak Pertamina sudah memastikan ceceran minyak bukan berasal dari kebocoran fasilitasnya. Hasil uji sampel minyak (dari kejadian 20 Juli), menurut Suryanto, menunjukkan ceceran tersebut bukan minyak mentah Pertamina karena berat jenisnya berbeda. Suryanto menduga itu bisa saja oli bekas.
Namun dari mana sumbernya, belum dipastikan. Dugaan awal mengarah pada kapal-kapal besar, dan sejauh ini empat kapal sudah diperiksa. Namun belum disampaikan hasilnya. “Masih penyelidikan,” ujar Subhan, Kepala Balai Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan wilayah Kalimantan.
Pemerhati lingkungan dari Forum Peduli Teluk Balikpapan (FPTB), Husein, terus mendesak pelaku segera ditemukan dan mendapat sanksi. “Pencemaran minyak adalah masalah serius, baik skala besar maupun kecil, karena berkaitan dengan kelestarian satwa berstatus dilindungi, di perairan Teluk Balikpapan,” ujar Husein.
Beberapa hari pasca tumpahan minyak skala besar di perairan Teluk Balikpapan, awal April lalu, seekor pesut ditemukan terdampar dalam kondisi mati di pesisir Balikpapan. Diduga kuat satwa ini, terimbas dari tumpahan minyak di Teluk Balikpapan. Mamalia itu bernafas dengan paru-paru. Permukaan air yang tertutup minyak, jelas mematikan bagi pesut.