PROBOLINGGO, KOMPAS — Dalam beberapa waktu terakhir ini, suhu dingin melanda beberapa daerah di Jawa Timur, tidak terkecuali di Gunung Bromo, Kabupaten Probolinggo. Saking dinginnya, muncul fenomena frost atau embun beku.
Fenomena frost ditengarai oleh masyarakat rutin terjadi di Gunung Bromo saat kemarau. Embun beku itu menempel di rerumputan, pohon, bahkan di lautan pasir. Namun, masyarakat setempat tidak bisa mendeteksi kapan pastinya frost akan turun.
”Tidak bisa dideteksi kapan turunnya frost. Kali ini saja saya juga kebetulan menemuinya saat saya lepas dinas dari pemantauan Gunung Bromo,” kata Kepala Pos Pemantauan Gunung Bromo Ahmad Subhan di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jumat (3/8/2018).
Saat itu, Subhan sedang lepas piket dan hendak pulang ke rumah. Waktu menunjukkan pukul 06.30 dan ia masih berhasil mengabadikan beberapa foto embun beku tersebut.
”Suhunya memang sangat dingin karena ini puncak kemarau. Foto-foto tersebut saya ambil pada 31 Juli dan 3 Agustus lalu,” kata Subhan. Artinya, dalam sepekan ini sudah terjadi dua kali frost di kawasan Gunung Bromo.
Berdasarkan siaran pers dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Klas 1 Juanda, Surabaya, disebutkan bahwa pada Agustus 2018 wilayah Jawa Timur memasuki puncak musim kemarau. Saat ini berembus angin muson timur yang membawa massa udara dari Benua Australia yang saat ini mengalami musim dingin sehingga suhu di Jatim akan kering dan panas pada siang hari dan dingin pada malam, dini, dan pagi hari.
Kondisi dingin pada musim kemarau terjadi karena ketika kemarau, langit cerah, sehingga tidak terjadi tutupan awan. Radiasi sinar matahari yang diterima bumi akan diteruskan kembali ke luar angkasa pada malam hari. Oleh karena tidak ada tutupan awan, radiasi matahari akan diteruskan secara besar-besaran ke luar angkasa sehingga mengakibatkan suhu di bumi menjadi dingin. Suhu dingin disebut normal jika tidak lebih rendah dari 3 derajat celsius.
Pada Agustus ini juga bertiup angin gending di Pasuruan dan Probolinggo. Angin gending adalah angin yang bersifat lokal, berembus dengan kecepatan kencang, dengan sifat kering dan dingin pada malam hari.
Kondisi suhu dingin tersebut diperkirakan masih akan berlangsung hingga 3-7 hari ke depan. BMKG Juanda juga mengimbau masyarakat tetap menjaga kondisi tubuh dalam menghadapi perbedaan suhu udara yang terkadang akan cukup ekstrem tersebut.