BATU, KOMPAS — Sebanyak 30 sekolah menengah kejuruan berbasis pertanian dan kompetensi terkait dari sejumlah daerah di Indonesia mengikuti Program Sekolah Mandiri Produksi Tanaman Sayur dan Buah Edukasi (Smarts-Be) yang berlangsung di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika di Batu, Jawa Timur.
Kegiatan ini diprakarsai Southeast Asian Regional Center for Tropical Biology (Seameo Biotrop) dan dibuka Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Rabu (1/8/2018).
Hadir pada kesempatan tersebut, antara lain, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Kementerian Pertanian Hardiyanto, Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso, serta Centre Director Seameo Biotrop Irdika Mansur.
Muhadjir mengatakan, langkah yang dilakukan Seameo-Biotrop tidak lepas dari program revitalisasi SMK yang telah dicanangkan oleh Presiden melalui Inpres Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia.
Pada kesempatan ini, Muhadjir lebih banyak berbicara tentang bagaimana siswa mendapatkan pengetahuan soal keterampilan, khususnya dalam bidang pertanian. Ia juga mengingatkan agar kita terus mengembangkan buah khas Indonesia yang eksotis dan tidak ada di tempat lain, salah satunya apel batu.
Mengenai Smarts-Be, Irdika menyebutkan, peserta merupakan hasil seleksi ketat yang dilakukan peneliti Seameo Biotrop. Mereka berasal dari Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Papua, dan Sumatera. Peserta akan menjadi referensi bagi sekolah-sekolah lain di sekitarnya dalam pengembangan tanaman sayur dan buah.
Program Smarts-Be yang diinisiasi sejak akhir 2017 merupakan wahana untuk membangun teaching factory, yakni model pembelajaran berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri. Cara ini diharapkan bisa memunculkan transfer teknologi dan menghasilkan lulusan yang kompeten.
Menurut Seameo Biotrop, saat ini Indonesia memiliki 10 jenis buah dengan tingkat produksi besar, antara lain pisang (7.008 juta ton), mangga (2.464 juta ton), jeruk (1.999 juta ton), dan sirsak (1.874 juta ton).
Namun, sebagian besar buah itu tidak bisa diekspor karena cepat rusak dan belum memenuhi persyaratan akibat praktik budidaya yang seadanya. Nilai ekspor buah hanya 2 persen dari potensi buah nasional. Sisanya, 98 persen, masih dikonsumsi sendiri.