MEDAN, KOMPAS — Kebutuhan perwira pandu kapal terus meningkat seiring dengan semakin pesatnya pembangunan pelabuhan di Indonesia. Indonesia membutuhkan tambahan sekitar 200 perwira pandu setiap tahun, tetapi yang terpenuhi baru setengahnya.
Presiden Asosiasi Pilot Maritim Indonesia (Inampa) Pasoroan Herman Harianja menyampaikan hal tersebut dalam sebuah diskusi di Medan, Sumatera Utara, Selasa (24/7/2018).
Herman mengatakan, jumlah pilot maritim atau pemandu kapal di Indonesia saat ini sebenarnya masih cukup, yakni sekitar 1.200 perwira pandu.
Mereka bertugas untuk memandu kapal masuk ke alur hingga bersandar ke pelabuhan dan sebaliknya. Ada beberapa pelabuhan di Indonesia yang wajib pandu untuk menghindari ranjau di dasar laut, untuk mengetahui alur, kedalaman, dan arah angin di sekitar pelabuhan.
Namun ke depan, lanjut Herman, kebutuhan pandu kapal di Indonesia akan meningkat pesat. Sejumlah pelabuhan baru, seperti Pelabuhan Kuala Tanjung di Batubara, Sumut, akan beroperasi dalam waktu dekat. Selain itu, Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta kini sudah disinggahi kapal besar dengan panjang lebih dari 300 meter dan kapasitas lebih dari 8.500 TEUs.
Herman mengatakan, kebutuhan perwira pandu juga meningkat karena ada permintaan luar negeri. Sejak tahun 2017, Inampa sudah mendapat sertifikat internasional dari Asosiasi Pilot Maritim Internasional (IMPA). Karena itu, beberapa negara, seperti Senegal dan Papua Niugini, sudah meminta tenaga pandu dari Indonesia untuk bekerja di pelabuhan mereka.
Herman mengatakan, kesulitan untuk memenuhi tenaga pandu kapal adalah mencari tenaga yang memenuhi kualifikasi. Untuk menjadi pandu kapal harus lebih dulu menjadi nakhoda kapal dalam kurun waktu tertentu.
Pelabuhan utama
Herman mengatakan, ke depan Indonesia diperkirakan menjadi hub pelabuhan internasional. Kapal-kapal besar sepanjang 300 meter berkapasitas di atas 8.000 TEUs akan singgah di pelabuhan-pelabuhan hub internasional yang sudah disiapkan, yakni Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta dan Pelabuhan Kuala Tanjung di Batubara, Sumut.
Selama ini, kapal-kapal besar tersebut tidak bisa singgah di Indonesia karena kedalaman alur pelabuhan hanya 9-12 meter. Sementara, draf kapal besar sudah mencapai 14 meter. Akhirnya, kapal tersebut singgah di Singapura atau Malaysia. Dari sana, barang-barang tujuan Indonesia dilangsir dengan kapal lebih kecil.
Wakil Ketua Inampa Syamsul Bahri Kautjil menyatakan, pelabuhan-pelabuhan di pantai timur Sumatera selama ini kalah dengan Singapura dan Malaysia meskipun posisinya sangat strategis. Hal itu karena kedalaman alur pelabuhan yang tidak memadai. Pelabuhan Belawan kedalaman alurnya hanya 9-12 meter. Sementara, Pelabuhan Kuala Tanjung sudah disiapkan dengan kedalaman 20 meter.