MATARAM, KOMPAS - Wisata halal di Nusa Tenggara Barat perlu banyak pembenahan agar bisa menarik lebih banyak wisatawan.
“Halal tourism sudah menjadi branding dan ‘rumah’ bagi pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB). Mau banyak, mau sedikit wisatawan yang mengunjungi Lombok, tergantung upaya kita membenahinya. Saya melihat tempat parkir, paket wisata, harga makanan dan transportasi antara lain yang memerlukan perhatian,” ujar HM Faozal, Kepala Dinas Pariwisata NTB, Senin (23/7/2018), di Mataram, Lombok, dalam rapat koordinasi bertajuk ‘Halal Tourism Sebagai Strategi Mencapai Empat Juta Kunjungan’.
Dalam pantuannya, Faozal melihat area parkir yang kurang memadai di sejumlah destinasi, sehingga bus jalan masuk ke destinasi, bahkan parkir di pinggir jalan, yang mengganggu arus lalu-lintas. Paket-paket wisata yang dijual pun tidak ada pembaruan, membosankan dan membuat jenuh para wisatawan.
Sesuai informasi dari travel agent di Mataram, kata Faozal, ada puluhan tamu batal menyeberang dari Pelabuhan Bangsal menuju Gili Terawangan, menyusul tingginya gelombang laut saat itu. Namun pembatalan dikeluhkan karena mestinya ada kompensasi dari pemilik kapal kepada penumpangnya yang telah membeli tiket penyeberangan.
Bahkan ada lima orang wisatawan, yang makan ikan di sebuah lesehan di seputar kawasan obyek wisata Senggigi, Lombok Barat, justru dikenakan pembayaran Rp 2 juta. Di Bandara Salahudin Bima, wisatawan yang membawa papar selancar untuk surfing di Pantai Lakey, Dompu, dikenakan charge Rp 250.000 per papan selancar. “Apa ada regulasinya, apa iya, hal seperti itu yang merusak pariwisata NTB kita biarkan,” kata Faozal.
Padahal saat ini Lombok menjadi daerah tujuan wisata bagi wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara, seperti pertemuan Alim Ulama Internasional 26-27 Juli mendatang. Untuk itu Pemprov NTB tetap melakukan penguatan pembenahan terhadap pasar potensial dalam negeri seperti Pulau Jawa, Kalimantan Selatan, Makassar dan Kupang (NTT) dengan connecting flight.
"Juga menyasar wisatawan mancanegara lewat kegiatan promosi ke kota di Timur Tengah seperti Riyad, Kairo, Dubai dan Qatar," kata Edo Nurhaedin, Sekretaris Badan Promosi Pariwisata Daerah NTB, di sela-sela rapat kordinasi itu.
“Beberapa Gubernur NTB sudah mengunjungi kota-kota di Timur Tengah, kendati belum ada realisasinya. Sekarang ini, kami mau ikut kegitan promosi di negara-negara itu, mengambil gerai untuk memasarkan obyek wisata NTB, sekaligus mendapatkan simpul-simpul pemasaran, contact person yang mendatangkan buyers paket wisata Lombok, dan perjanjian bussines to bussines,” kata Edo. Pasar Timur Tengah, hanya 5 persen dari 3,5 juta total kunjungan ke NTB tahun 2017.
Kegiatan promosi Wisata Halal Lombok mendapat dukungan dari Kementerian Pariwisata yang akan memberikan insentif bagi tiap maskapai penerbangan yang membawa wisatawan ke Lombok dari Australia melalui Bandara Ngurah Rai, Bali.
“Jika maskapai itu membawa wisatawan sampai Bali, tidak mendapat insentif,” ucap Edo. Dengan cara itu diharapkan empat juta kunjungan bisa tercapai tahun 2018.