Air Terjun Benang Setokel dan Benang Kelambu Termasuk Terunik di Dunia
Oleh
KHAERUL ANWAR
·2 menit baca
MATARAM, KOMPAS - Atraksi wisata air terjun Benang Setukel dan Benang Kelambu Desa Aik Berik, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat relatif lengkap. Kecuali air terjunnya yang merupakan satu terunik dari 10 air terjun paling unik di dunia, juga kawasan hutannya menyediakan atraksi bagi wisatawan minat khusus.
“Air terjun Benang Kelambu, menurut Prof Ibrahim Komo (Vice President of Unesco Global Geopark, dari Universitas Kebangsaan Malaysia), yang paling unik dari 10 terjun terunik di dunia, jejak letusan Gunung Samalas (Rinjani Tua),” ujar Abdul Kadir, warga Dusun Pemotoh, Desa Aikberik, Lombok Tengah, Perintis obyek wisata air terjun itu, Kamis (19/7/2018).
Manager Geowisata dan Trekking Geopark Rinjani itu juga mengatakan, hal yang sama. Dua air terjun aquiver itu dinilai unik. Airnya bersumber dari air tanah, lalu mengalir lewat tiga undakan dan jatuh melalui semak belukar.
Dari kejauhan terlihat seperti benang yang berderet dan kain kelambu. Karenanya menyebutnya benang setukel (segumpal) dan kelambu. Air terjun benang kelambu berada di atas air terjun Benang Setukel.
Menurut Abdul Kadir, naik di kawasan wisata yang berjarak sekitar 30 km arah timur Mataram, Ibu Kota NTB, itu, merupakan jalur trekking wisatawan minat khusus.
Wisatawan bisa menikmati hawa sejuk kawasan hutan yang rindang melewati Hutan Kemasyarakatan seluas 840 ha yang dikelola masyarakat yang ditanami durian dan buah lokal.
Kawasan selatan Gunung Rinjani itu juga dilengkapi 75 jenis anggrek di antaranya Vanda lombokensis endemic Lombok, 55 jenis kupu-kupu dan pakis raksasa. Tiap satu jam berjalan pengunjung menemukan satu sumber mata air, sebuah savana yang ditumbuhi bunga eidelweis, areal peraduan rusa, air terjun Umar Maya setinggi 10 meter . Di ketinggian 2.200 meter ada air terjun Tiara Dewi Anjani –tokoh imajiner penguasa Gunung Rinjani.
Ada pula sebuah batu yang permukaannya tercetak gambar mirip kaki manusia. “(Konon), dulu para wali yang menyebarkan Islam menginjak lahar panas letusan Gunung Samalas,” tutur Abdul Kadir, cerita rakyat prihal batu itu.
Perjalanan pulang-pergi trekking selama 6 jam-7 jam, dan tiap pengunjung dikenakan membayar tiket masuk ke obyek wisata itu: Rp 5.000 wisatawan untuk lokal/wisatawan domestik, Rp 10.000 untuk wisatawan mancanegara. “Lebaran tahun ini, pengunjung membludak, berdesak-desakan di lokasi air terjun,” uang Abdul Kadir.
Obyek wisata mulai ramai dikunjungi tahun 2008. Tahun 2016 jumlah kunjungan sebanyak 159.550 meliputi 128.894 wisatawan lokal, 12.194 wisnus, dan 9.462 wisman. Namun tahun 2017, jumlah pengunjung menurun menjadi 97.782 terdiri atas 63.733 wisatawan lokal, 15.816 wisnus dan 10.233 wisman.