Esther Aminoto: Pertumbuhan Ekonomi DIY Tak Terlepas dari Pariwisata
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Sektor pariwisata menjadi potensi bagi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mendorong pertumbuhan ekonominya. Kekayaan alam dan budaya merupakan kekuatan tersendiri yang menarik orang untuk berwisata ke daerah itu.
Pada triwulan-I 2018, perekonomian DIY tumbuh 5,36 persen. Angka itu lebih tinggi dibandingkan triwulan-I 2017 dengan capaian 5,16 persen. Pertumbuhan itu didukung oleh semua sektor usaha.
Hal yang menarik adalah sektor jasa akomodasi dan makanan serta minuman masuk dalam tiga besar lapangan usaha yang laju pertumbuhannya tertinggi, dengan capaian 6,52 persen. Sektor tersebut merupakan bagian dalam bisnis jasa pariwisata. Sementara itu, lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi itu adalah pertambangan dan penggalian dengan 8,8 persen, diikuti sektor konstruksi yang tumbuh 7,38 persen.
Region Head Bank OCBC NISP Wilayah Jawa Tengah-DIY Esther Aminoto mengatakan, baiknya pertumbuhan ekonomi DIY itu tidak terlepas dari pariwisata. Tidak dimungkiri daerah itu memiliki potensi wisata yang besar baik dari segi budaya maupun alam. Industri wisata dinilainya masih akan terus berkembang di daerah itu.
”Pertumbuhan ekonomi di DIY cukup baik. Bicara pertumbuhan ekonomi, DIY itu terdiri dari pendidikan, pariwisata, dan industri olahan yang tidak terlalu rumit. Perhotelan juga salah satu yang cukup mendominasi,” kata Esther dalam jumpa pers Market Outlook oleh Bank OCBC NISP di Yogyakarta, Kamis (19/7/2018).
Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, kekayaan alam dan berbagai pesona budaya menjadi salah satu inti dalam pembangunan ekonomi daerahnya. Pariwisata dan industri difokuskan sebagai unggulan untuk dikembangkan. Daya saing DIY dibangun melalui kedua sektor itu.
”DIY fokus dan lebih gencar mengembangkan diferensiasi produk wisata alam, budaya, dan sejarah yang berbeda dengan daerah lain. DIY fokus mengembangkan sektor pariwisata sebagai unggulan yang kompetitif,” kata Sultan dalam pidatonya pada Kamis malam.
Sultan menambahkan, seiring dengan berkembangnya teknologi digital, DIY juga juga aktif dalam digital tourism. Hal itu sesuai dengan kegemaran generasi muda yang gemar mengunggah berbagai konten di media sosialnya, salah satunya terkait dengan wisata. ”Berkenaan dengan potensi ini, kehadiran bandara baru dirancang sedemikian rupa agar perdagangan dan investasi bisa tumbuh,” ujar Sultan.
Staf Ahli Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo), Yongky Surya Susilo, menyampaikan, pariwisata masih terus akan berkembang di DIY. Hal itu disebabkan oleh adanya peralihan konsumsi masyarakat kelas menengah yang mulai memikirkan wisata sebagai salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi.
”Kebutuhan masyarakat untuk berwisata itu juga didukung adanya platform daring untuk akomodasi. Hal itu mempermudah mereka untuk merancang wisata. Pemerintah harus terus mengembangkan tempat-tempat luar biasa seperti DIY untuk menggiatkan lagi pariwisata,” kata Yongky.
Sementara itu, Omar Anwar, Country Head Aberdeen Standard Investment, mengatakan, pengembangan wisata itu menjadi penting, terutama apabila mampu meningkatkan kunjungan wisatawan asing. Hal itu menguntungkan karena bisa mendatangkan devisa yang mampu membantu pembiayaan impor.
”Karakteristik ekonomi Indonesia itu kalau mau tumbuh butuh dollar banyak. Dollar itu didapatkan dari investasi asing. Lewat wisata, dollar yang masuk juga akan lebih banyak. Hal itu mampu membantu pembiayaan impor,” kata Omar.