Kereta ringan (light rapid transit/LRT) di Kota Palembang, Sumatera Selatan, ditargetkan beroperasi pada 18 Agustus 2018. Demi memenuhi tenggat, para pekerja berjibaku siang dan malam, mewujudkan moda transportasi kebanggaan.
Dalam dingin dan gelap malam, Wawan (36), pekerja asal Bogor, Jawa Barat, telaten mengelas rangka besi dengan penerangan seadanya. Berdiri di atas perancah setinggi 6 meter, dia sedang membuat potongan besi tempat memasang panel aluminium komposit bagian bawah Stasiun LRT Punti Kayu, Palembang, Sumsel, Kamis (5/7/2018).
Pekerjaan mengelas bukan hal baru bagi Wawan. Enam tahun dia bergelut di bidang itu. ”Sebelumnya, saya mengelas bangunan dengan ketinggian hingga 200 meter. Jadi, memasang panel di stasiun LRT bukan hal sulit,” ujarnya.
Malam itu ada 30 orang yang bekerja. Suara pukulan baja dan pemotong besi hingga deru alat bor bersahutan layaknya raungan musik rock di tengah malam. Ada yang memotong panel, memasang instalasi listrik, dan melakukan pekerjaan konstruksi lain.
Kian dekatnya tenggat membuat pekerjaan dibagi dalam dua jadwal, siang dan malam. Siang hari, pengerjaan dilakukan di dalam stasiun, sedangkan saat malam difokuskan di bagian luar. Agar tidak membahayakan pekerja dan pengguna jalan, area di sepanjang stasiun disterilkan. Jalan Kolonel H Burlian, Palembang, yang biasanya ramai ditutup satu ruas hingga radius 600 meter. Pengendara hanya dapat melalui satu ruas jalan.
”Kami percepat kerja di malam dan dini hari agar tidak membahayakan pengguna jalan dan pekerja,” ujar Pandeka Ramadhan, pengawas lapangan dari PT Waskita Karya. Kewaspadaan ditingkatkan setelah pembangunan LRT merenggut korban jiwa pada 4 Agustus 2017. Dua pekerja meninggal di proyek LRT Zona III, Jalan Demang Lebar Daun. Mereka jatuh dari ketinggian 16 meter.
Sebuah girder atau balok penyangga sepanjang 30 meter dengan berat 70 ton juga pernah menimpa rumah warga dan empat ruko di Jalan Gubernur Bastari, Kecamatan Seberang Ulu I, Palembang. Girder jatuh karena dua crane yang mengangkatnya ambles. Tiga orang terluka.
”Para pekerja harus prima saat melakukan tugasnya. Cuaca juga mesti mendukung. Saat hujan, semua pekerjaan harus berhenti karena terlalu berisiko,” ujar Pandeka.
Hambatan
Bukan hal mudah membangun LRT Palembang. Kendala bermunculan, seperti adanya jaringan fiber optik dan gas di bawah tanah. Pembangunan konstruksi mesti melintasi Sungai Musi dengan bentang sepanjang 445 meter. Konstruksi juga dibangun di sisi Jembatan Ampera yang lalu lintas perairannya cukup padat.
Di Jalan Letjen Harun Sohar, Kecamatan Sukarami, Palembang, pekerja sibuk mengaspal jalan yang menghubungkan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II menuju pusat kota. Aspal yang rusak akibat pembangunan jaringan LRT dibenahi. Pekerja juga menanam tanaman hias di median jalan dan membangun akses menuju stasiun LRT.
Kepala proyek LRT Palembang dari PT Waskita Karya, Masudi Jauhari, menyebutkan, saat ini pengerjaan konstruksi LRT sudah mencapai 95 persen. Pengerjaan konstruksi sepanjang 23,4 kilometer (km) terus dipercepat. ”Kami targetkan di akhir Juli, proses pengerjaan beberapa stasiun, instalasi listrik, taman, perbaikan jalan, selesai,” katanya.
Kerja keras mereka tidak sia-sia. Presiden Joko Widodo dalam kunjungannya ke Palembang, Jumat (13/7), menyatakan bangga atas pencapaian anak bangsa. Selama 16 menit, Presiden menaiki kereta ringan dari Stasiun Bumi Sriwijaya menuju Stasiun Jakabaring sejauh 8 km. Presiden berharap keberadaan LRT pertama di Indonesia ini dapat membangun peradaban dan kebudayaan baru.
Proyek LRT Palembang, lanjut Jokowi, bisa jadi contoh sejumlah kota besar di Indonesia yang penduduknya kian padat dan lalu lintasnya macet. ”LRT lebih efisien dibandingkan kendaraan pribadi,” ujarnya. Seusai Palembang, LRT akan dibangun juga di Bandung, Surabaya, dan Medan.
LRT di Palembang bakal melintasi jalur sejauh 22,3 km dalam waktu 49 menit dengan waktu tunggu antarkereta sekitar 17 menit. Kereta beroperasi pukul 04.00 hingga 22.20 dalam 108 kali perjalanan.
Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin mengatakan, keberadaan LRT adalah dampak perhelatan Asian Games. Sebagai salah satu tuan rumah, Sumsel mendapat kucuran APBN Rp 68 triliun guna pembangunan infrastruktur, meliputi 4 ruas jalan tol, 2 ruas Jembatan Musi, dan konstruksi LRT. Investasi LRT sekitar Rp 10,9 triliun.
Pembangunan LRT Palembang dimulai sejak 21 Oktober 2015. Proyek ini dikerjakan PT Waskita Karya dengan kereta disediakan PT Inka. Jalur konstruksi menghubungkan Stasiun Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II hingga Stasiun Ogan Permata Indah. Pada jalur LRT terdapat 13 stasiun dan 1 depo. Tarif LRT nantinya Rp 5.000-Rp 10.000 per orang.
Beragam pembangunan infrastruktur terkait Asian Games di Palembang terbukti mengangkat perekonomian Sumsel. Pertumbuhan ekonomi yang pada triwulan I-2018 sebesar 5,89 persen pada triwulan II meningkat menjadi 6 persen.