Surabaya Lintas Budaya Kian Lekat di Hati Arek Suroboyo
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA/IQBAL BASYARI
·4 menit baca
Sejak pukul 05.00, ribuan arek suroboyo sudah memadati Jalan Tunjungan sepanjang 500 meter itu pada Minggu (15/7/2018). Umumnya mereka datang untuk jalan pagi, bertemu teman, bermain di jalan yang setiap Minggu menjadi salah satu dari delapan kawasan bebas kendaraan (car free day).
Minggu ini memang sangat istimewa bagi warga Surabaya karena tepat pada pukul 08.00 acara rangkaian Surabaya Lintas Budaya (Surabaya Cross Culture International) bertema ”Folk Art” resmi dibuka Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Setiap peserta dari sejumlah kota dan negara secara bergiliran menampilkan atraksi budaya dibalut kostum yang menjadi ciri dari tiap-tiap negara dan kota. Satu per satu peserta unjuk kebolehan dengan menampilkan berbagai macam atraksi budaya dan tarian tradisional dan iringan musik.
Penampilan pertama penari dari Uzbekistan, Rusia, Selandia Baru, Singkawang (Kalimantan Barat), Bulgaria, Jerman, Banjarmasin (Kalimantan Selatan), Polandia, dan diakhiri penari dari Romania.
Atusiasme warga yang memadati sepanjang Jalan Tunjungan hingga siang hari merupakan salah satu indikator kota yang pada Mei lalu sempat diguncang bom itu sudah kondusif. Wajah warga memancarkan keriangan dan tak lagi terselip rasa takut ke luar rumah.
”Benar-benar terhibur melihat penampilan penari dari luar negeri. Hati menjadi gembira. Saya tidak menyangka ada acara ini. Tadi hanya mau jalan pagi bersama teman sambil berfoto di Jalan Tunjungan,” kata Rehan (18), mahasiswa Universitas Airlangga, Surabaya.
Selama acara berlangsung, tampak warga Surabaya terhibur ketika menyaksikan secara langsung budaya tari dan musik dari tiap-tiap negara dan kota. Bukan hanya warga yang tampak gembira, Wali Kota Risma pun begitu bersemangat memberikan pujian kepada semua peserta yang tampil secara bergantian.
Naik becak
Seusai menampilkan festival tari-tarian, para peserta menuju Balai Kota Surabaya menggunakan becak hias. Selanjutnya hingga Kamis (19/7/2018), semua peserta lintas budaya itu akan tampil di taman, pusat perbelanjaan seperti Ciputra World dan Royal Plaza serta pusat keramaian lain untuk menghibur warga Surabaya. ”Kehadiran peserta dari luar Surabaya, bahkan dari luar negeri, setiap tahun bertambah karena banyak negara berminat,” kata Risma.
Meningkatnya jumlah peserta, lanjut Risma, tidak terlepas dari persiapan yang lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Persiapan yang matang ini, lanjutnya, mampu menarik sekaligus meningkatkan jumlah wisata mancanegara untuk datang ke Surabaya. ”Kalau semakin banyak, jadi kian bagus karena Surabaya akan menjadi kota wisata,” ujarnya.
Kalau semakin banyak, jadi kian bagus karena Surabaya akan menjadi kota wisata.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya Antiek Sugiharti mengemukakan, ada 10 negara yang mengikuti acara tahunan ini, yaitu China, Korea Selatan, Polandia, Meksiko, Romania, Rusia, Bulgaria, Jerman, Selandia Baru, dan Uzbekistan. Adapun tamu dalam negeri berasal dari Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan; Kota Singkawang; dan Kota Banjarmasin. ”Peserta istimewa dari Uzbekistan dengan peserta anak-anak yang berhasil menjuarai seni budaya tingkat dunia,” katanya.
Antiek mengatakan, acara pembukaan yang dilakukan Minggu (15/7/2018) di Jalan Tunjungan, Surabaya, akan dihadiri 300 peserta. Para peserta masing-masing terdiri atas 210 peserta berasal dari luar negeri dan 90 peserta dari dalam negeri.
Peserta istimewa dari Uzbekistan dengan peserta anak-anak yang berhasil menjuarai seni budaya tingkat dunia.
Saat pembukaan, lanjutnya, semua peserta lintas budaya yang berasal dari dalam dan luar negeri akan memaradekan sekaligus mempromosikan budaya mereka yang disaksikan warga Surabaya.
Selain tarian, kata Antiek, acara lain yang disuguhkan antara lain visit culture ke tempat sejarah dan workshop untuk memperkenalkan seni dan budaya kepada masyarakat Surabaya. Kegiatan lain melakukan city tour dengan menanam pohon serta membakar ikan di Taman Hiburan Pantai Kenjeran. Selain itu ke Jembatan Surabaya dan Taman Harmoni, Keputih.
Menurut Antiek, melalui acara ini, Surabaya ingin menunjukkan kepada kota ataupun negara lain bahwa ”Kota Pahlawan” dengan penduduk 3 juta jiwa ini dapat dijadikan sebagai daya tarik pariwisata melalui pertunjukan seni. Dampaknya ekonomi warga Surabaya juga otomatis terdongkrak.
Menurut Risma, kegiatan lintas budaya seperti ini juga sebagai magnet untuk menarik wisatawan berkunjung ke Surabaya yang kini memiliki banyak obyek wisata terutama terkait dengan menjadikan Surabaya sebagai salah satu paru-paru dunia. Kehadiran peserta dari luar negeri tidak sekadar sebagai kegiatan tamasya, tetapi juga menjadi wadah pertukaran ilmu pengetahuan dan budaya.
Saya ingin menggelar festival lintas budaya seperti yang dilakukan Surabaya di Singkawang, sekaligus ingin menyelenggarakan sekaligus memperkenalkan budaya Singkawang kepada wisatawan mancanegara.
Acara tahunan ini, menurut Wali Kota Singkawang Tjhai Chui Mei, sangat luar biasa. ”Saya ingin menggelar festival lintas budaya seperti yang dilakukan Surabaya di Singkawang, sekaligus ingin menyelenggarakan sekaligus memperkenalkan budaya Singkawang kepada wisatawan mancanegara,” ujarnya.
Ia menambahkan, ”Suatu saat, kami juga akan melakukan acara semacam ini dengan mengundang negara lain untuk menambah wawasan baik bagi warga maupun tamu mancanegara tentang budaya lokal di sana.”
Selain Cross Culture, akan ada acara internasional lain yang diselenggarakan Kota Surabaya dalam waktu dekat, antara lain United Cities and Local Governments (UCLG) pada September, dihadiri 150 negara, serta acara Start Up Nation Summit pada November yang akan dihadiri 100 negara dengan agenda pertemuan teknologi informasi.