MAGELANG, KOMPAS — Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuat buku tentang toponimi Kota Magelang, Jawa Tengah. Mengacu pada artinya, toponimi adalah bahasan ilmiah tentang asal-usul atau sejarah dari nama-nama tempat.
”Agar dapat terpublikasi secara luas dan dibaca hingga dunia internasional, buku tersebut nantinya akan dikemas dalam bentuk buku elektronik atau e-book,” ujar Direktur Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Triana Wulandari yang ditemui di Kota Magelang, Jumat (6/7/2018).
Buku toponimi Kota Magelang menjadi buku toponimi kelima yang ditulis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebelumnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah membuat buku toponimi Jakarta, Bandung, Solo, dan Palu.
Untuk menyusun buku ini, menurut Triana, pihaknya saat ini tengah mengumpulkan data melalui penelitian yang melibatkan sejarawan dari Universitas Indonesia dan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian tersebut dilakukan sejak Januari 2018.
Tidak hanya berguna bagi pihak luar, Triana mengatakan, buku toponimi ini akan menjadi sumber informasi penting bagi penduduk lokal, terutama generasi muda. ”Kami juga sengaja membuat buku toponimi ini karena di era sekarang, banyak penduduk lokal pun tidak mengetahui sejarah daerahnya sendiri,” lanjutnya.
Toponimi ini, menurut dia, perlu digali dan dipublikasikan sebagai bentuk upaya penguatan sejarah dan penguatan identitas setiap daerah. Tidak berhenti di situ, pemerintah daerah pun nantinya juga bisa memanfaatkan segala informasi dalam buku toponimi menjadi narasi yang menarik untuk menarik wisatawan.
”Dengan memanfaatkan informasi menyangkut sejarah Kota Magelang, Pemerintah Kota Magelang mungkin bisa membuat paket wisata sejarah atau wisata kampung-kampung budaya,” ucapnya.
Bagus Priyana dari Komunitas Kota Tua Magelang mengatakan, guru dan sekolah di Kota Magelang semestinya juga bergerak menggali sejarah yang ada di Kota Magelang.
”Perubahan nama-nama kampung dan nama jalan semestinya bisa diolah menjadi informasi yang menarik untuk dibagikan kepada murid-murid atau bahkan dunia internasional,” ujarnya.
Kota Magelang, menurut dia, menjadi kota yang penting dan memiliki ikatan kuat dengan orang asing, terutama orang Belanda, yang pernah tinggal semasa penjajahan. Menurut dia, hal ini terbukti dari banyaknya orang asing yang kerap datang mencari keluarga atau rumah yang pernah ditinggalinya semasa kecil.