Surabaya Selalu Ada yang Mutakhir
Surabaya kini benar-benar membuat mata segar dan hati damai. Dari ujung selatan ke utara, dan barat ke timur, hampir semua hijau. Jalan Ir Soekarno atau MERR sepanjang 10 kilometer, salah satu pemecah kebuntuan lalu lintas dari wilayah Surabaya timur, menjadi paru-paru kota ini.
Middle East Ring Road (MERR), kini disebut Jalan Ir Soekarno, tak hanya sebagai nadi transportasi, tetapi juga lebih menjadi paru-paru kota karena jalan benar-benar hijau dari ujung ke ujung, bikin mata enggan berkedip meski sesaat.
”Hebat betul Bu Risma, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, mampu membedah sekaligus mengalirkan sebagian denyut nadi Surabaya ke Jalan Ir Soekarno yang dikenal MERR sepanjang 10 kilometer,” begitu komentar Trias Kuncahyana, ayah dari satu anak tinggal di Jakarta, selepas dia melintas di MERR, pekan lalu.
Di sepanjang Jalan Ir Soekarno, kiri dan kanan, serta ditambah taman di sepanjang pulau jalan dari Runung Madya (Gunung Anyar) hingga Jalan Kenjeran dipenuhi tanaman. Jalan itu kini menjadi pilihan bagi warga Surabaya dan juga Sidoarjo menuju pusat kota lewat Jalan Kedung Baruk, atau melewati Jalan Raya Kertajaya.
Maka, hampir setiap hari jalur itu begitu menakutkan pada pukul 06.30 WIB dan 17.00 WIB karena lalu lintas padat merayap mulai dari kampus UPN Surabaya.
Sepanjang MERR itu pula sejak tiga tahun lalu menjadi salah satu tujuan wisata jika berkunjung ke kota dengan penduduk 3,5 juta jiwa ini. Jalan itu juga merupakan pintu masuk menuju Sentra Ikan Bulak, Pantai Kenjeran, Ken Park, Jembatan Suroboyo sepanjang 500 meter, serta Taman Suroboyo dan Taman Bulak. Taman Suroboyo merupakan satu dari sekitar 4 taman yang ada di ”Kota Pahlawan” ini.
Sejak Juni lalu, sehabis kota ini diberondong bom di tiga gereja dan Mapolresta Surabaya pada 13 Mei 2018, destinasi baru ditambah, yakni kincir angin. Sebanyak delapan kincir angin penghasil energi listrik terbarukan bagi warga yang tinggal di sekitar di Pantai Kenjeran Baru sudah beroperasi.
Menurut Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Surabaya Musdiq Ali Suhudi, jika kedelapan kincir angin, yang kini menjadi obyek wisata berfungsi, otomatis bisa memberikan energi bagi warga sekitarnya.
Satu kincirnya dapat menghasilkan 450 watt atau dapat memberikan listrik kepada satu rumah kecil. Tujuan memasang kincir angin tak sekadar hiasan, tetapi juga bisa memproduksi energi listrik, sekaligus untuk pembelajaran masyarakat atau siswa.
Meski sudah hijau dengan 1.500 kampung hijau, Surabaya dengan luas wilayah 350,5 kilometer persegi ini hingga 2017 berhasil menghutankan kota dengan luas ruang terbuka hijau mencapai 21,7 persen atau 76 km persegi dari total luas wilayah dengan 119 taman aktif dan 286 taman pasif. Setiap taman memiliki taman masing-masing dan dilengkapi dengan sarana olahraga serta ruang bermain anak dan Wi-Fi gratis.
Tanggap darurat
Maka, tak heran setiap kali ke Surabaya yang sejak 2017 telah mengoperasikan layanan tanggap darurat Command Center (CC) 112 selalu ada yang mutakhir, artinya baru dan modern tanpa menghilangkan jejak lama. Dengan adanya Command Center 112, Pemkot Surabaya benar-benar tak bisa terpejam mengawal kota selama 24 jam.
Hampir 50 persen seluruh wilayah Surabaya dilengkapi trotoar dengan lebar minimal 4 meter, bahkan ada yang sampai 6 meter. Dipercantik dengan bola-bola beton dengan berbagai warna dan corak, trotoar itu juga benar-benar bebas dari kendaraan karena dipasang tiang penghalang.
Suasana lengang tampak di Jalan Urip Sumoharjo, Surabaya, Rabu (13/6/2018).Trotoar di Surabaya memang milik pejalan kaki, termasuk kaum difabel, karena seluruh trotoar dilengkapi penanda pada trotoar. Kaum difabel paham betul kapan harus jalan terus, atau belok ke kiri dan ke kanan.
”Setiap ke Surabaya selalu ada yang baru dan wajib dijajal,” begitu kata Laila (45), perempuan pengusaha asal Pontianak, Kalimantan Barat, saat ditemui di sela-sela Surabaya Vaganza, Minggu (6/5/2018). Sudah hijaunya tidak ada yang mengalahkan kota di Indonesia, bersih dan sangat terawat semua tanaman termasuk seluruh sarana di tempat umum.
Lee Kuan Yew
Kota dengan puluhan penghargaan dari berbagai lembaga, baik di dalam maupun di luar negeri, ini akan menerima penghargaan Lee Kuan Yew Award di Singapura untuk kategori Special Mention. Penghargaan ini akan diterima Senin (9/7/2018) oleh Risma.
Selama berada di Singapura, Risma terlibat dalam acara World Cities Summit (WCS) 2018. WCS 2018 diselenggarakan Pemerintah Singapura yang mempertemukan para wali kota dan pemimpin kota dari seluruh dunia.
Surabaya mendapatkan penghargaan dengan kategori Special Mention karena dinilai kota ini berhasil melestarikan kebudayaan dan menerapkan strategi yang berani dalam menjaga dan membangun area perkampungan. Selain Surabaya, kategori Special Mention juga diraih tiga kota lain, yaitu Hamburg di Jerman, Kazan di Rusia, dan Tokyo di Jepang.
Meski apresiasi atas kinerja Pemerintah Kota Surabaya, dan keterlibatan warganya mengalir, Surabaya tak lantas berhenti berinovasi. Hampir setiap bulan ada saja tempat atau sarana baru, terutama di tempat umum, untuk melengkapi kesempurnaan kota ini sebagai paru-paru dunia. Tak hanya taman, tetapi juga sedang mempersiapkan kawasan mangrove menuju Hutan Raya Mangrove.
Sarana lain menunjang warga lebih nyaman dan sejahtera dengan mengoperasikan 8 bus, yang penumpang boleh naik dengan ongkos sampah plastik bekas gelas atau botol minuman. ”Saya akan buat aturan agar penumpang bus Suroboyo tak akan pernah pakai uang, tetapi cukup pakai sampah plastik. Cara ini juga mengedukasi warga agar peduli lingkungan,” kata Risma.
Surabaya yang kini dipantau selama 24 jam lewat tak kurang dari 4.000 kamera pemantau atau CCTV benar-benar nyaris tak pernah tidur lelap. Hampir seluruh ruas jalan dari pagi hingga pagi lagi ramai, dan di tempat tertentu, termasuk di taman, selalu ada petugas linmas yang menjaga. Maka, jangan heran di Surabaya dengan penduduk 3,5 juta jiwa itu selalu ada yang mutakhir agar warganya kian sejahtera.