NUNUKAN, KOMPAS - Tabrakan dua kapal cepat di perairan perbatasan Indonesia-Malaysia di wilayah Nunukan, Kalimantan Utara, yang terjadi pekan lalu mesti dievaluasi secara menyeluruh. Empat orang masih belum ditemukan. Sebagian korban sudah dimakamkan.
Salah satu korban hilang, Yordimus Waton (9), ditemukan tim SAR gabungan, Minggu (1/7/2018) pagi, di perairan Sungai Pancang, Sebatik. Terhitung dengan Yordimus, berarti telah ditemukan enam korban yang meninggal.
Sementara 13 penumpang lainnya selamat. Kepala Polres Nunukan Ajun Komisaris Besar Jepri Yuniardi mengatakan, sebagian besar korban adalah TKI ilegal yang bekerja di Malaysia.
Masjidil, tokoh masyarakat di Sebatik, tidak kaget atas terjadinya tabrakan tersebut. ”Banyak speedboat hilir-mudik Tawau-Sebatik, juga sebaliknya, di malam hari. Bahkan, tidak hanya malam. Kalau malam, mana pernah speedboat ilegal itu menyalakan lampu,” katanya.
Jumat malam lalu, dua kapal cepat yang tak berlampu bertabrakan di perairan Sei Nyamuk, perairan perbatasan dua negara. Kapal cepat yang melaju dari Tawau pecah dan penumpang tercebur ke laut. Sementara kapal cepat lainnya yang tidak celaka langsung tancap gas memasuki perairan Malaysia.
Tak ada pilihan
Masjidil berharap pemerintah daerah dan pusat segera mengevaluasi kecelakaan ini dan mencari solusi. Sebab, kapal cepat rute Sebatik-Tawau terpaksa diminati sebagian warga dan TKI karena tidak ada pilihan lagi.
Sejak Malaysia melarang kapal cepat reguler Sebatik-Tawau tahun 2013, warga Sebatik harus ke Pelabuhan Nunukan dahulu. ”Artinya keluar minimal Rp 1 juta dan sehari perjalanan. Namun, kalau naik speedboat ke Tawau, hanya 30 menit dan biaya Rp 50.000-Rp 100.000,” ujarnya.
Kepala Dinas Perhubungan Kalimantan Utara Topan memastikan evaluasi menyeluruh dilakukan meski solusinya memang tidak mudah. Sebab, hal ini juga menyangkut soal TKI. ”Rute Sebatik-Tawau (menggunakan kapal cepat) terus kami koordinasikan dengan pihak-pihak terkait,” kata Topan.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Kelas A Balikpapan Gusti Anwar Mulyadi mengatakan, pencarian korban hilang, kemarin, terhalang cuaca. Angin berembus kencang dan gelombang laut tinggi. Pencarian akan dilanjutkan Senin ini.
Sampai Jumat (29/6), empat jenazah tenaga kerja Indonesia asal NTT masih berada di rumah warga NTT di Nunukan. Dua jenazah lain sudah dimakamkan di kota itu. Dua korban selamat sedang dirawat dan dua lagi masih dalam pencarian tim SAR.
Kepala Seksi Perlindungan Badan Pelayanan, Penempatan, dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia NTT Timotius Kopong Suban mengatakan, mereka semua adalah TKI ilegal, yang berangkat ke Malaysia melalui Nunukan. Kartu tanda penduduk mereka miliki, dibuat di Nunukan, menggunakan alamat Nunukan oleh calo setempat.