Sasana yang didirikan dua bersaudara, Daud Yordan, petinju asal Kalimantan Barat, dan salah satu pelatih yang juga kakak kandungnya, Damianus Yordan, tidak sekadar mencetak juara tinju dunia. Lebih dari itu, mereka menyelamatkan masa depan kaum muda.
Tujuh petinju, termasuk pemegang sabuk juara WBA Internasional dan WBO Internasional Daud Yordan, semangat berlatih di Daud Boxing Club, Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, Senin (18/6/2018) sore. Sebagian besar yang berlatih petinju amatir, kecuali Daud Yordan. Mereka bahkan ada yang masih berstatus sebagai pelajar.
Daud sendiri langsung memimpin latihan yang dimulai dengan pemanasan. Setelah itu, skiping (lompat tali), dilanjutkan dengan latihan tinju. Satu per satu bergantian bertarung secara ringan menghadapi Daud. Sembari menunggu rekannya selesai bertarung dengan Daud, petinju lain berlatih dengan berbagai perlengkapan di sasana itu.
Meskipun terhitung belia, tangan mereka lincah memukul dan menghindar. Mereka memiliki semangat tinggi. Prestasi yang dicetak Daud menjadi motivasi petinju lainnya di sasana itu yang ingin berprestasi pula seperti Daud.
Beberapa saat kemudian, sang kakak, Damianus Yordan, pun hadir di sasana untuk melatih. Secara bergantian, Damianus memberikan bimbingan kepada petinju pemula dengan tekun dan sabar. Daud pun dalam latihan rutin masih didampingi oleh Damianus.
Sasana Daud Boxing Club itu dibangun pada 2015. Para petinju yang berlatih di sasana itu berlatar belakang tidak mampu secara ekonomi. Ada empat petinju profesional di sasana itu dan dua petinju amatir. Keberadaan sasana itu diharapkan bisa membuka cakrawala baru bagi anak muda Kalbar agar memiliki masa depan cerah melalui jalur tinju.
”Para petinju yang berlatih di sini memiliki latar belakang dari keluarga yang tidak mampu. Namun, mereka memiliki bakat dalam tinju. Melalui sasana ini saya dan kakak ingin membangun generasi muda Kalbar agar mereka memiliki masa depan yang baik melalui tinju,” kata Daud.
Sasana itu memiliki fasilitas yang cukup lengkap, termasuk asrama bagi para petinju. Daud menyisihkan uang dari hasil pertandingannya selama ini untuk membangun sasana tersebut. Dengan fasilitas yang lebih lengkap diharapkan anak-anak tidak mampu dapat memiliki pembinaan yang baik serta memiliki masa depan di ring tinju.
”Saya dan kakak saya, Damianus Yordan, bercita-cita menjadikan mereka sukses lewat olahraga tinju. Mereka memiliki semangat luar biasa, datang dari pedalaman, mengadu nasib dengan berlatih keras. Saya termotivasi agar mereka bisa lebih dari saya. Selain itu mengangkat harkat dan martabat daerah di panggung dunia,” ujar Daud.
Roni (15), salah satu contoh yang berlatih di Daud Boxing Club. Ia berasal dari keluarga tidak mampu. Ia sudah tujuh tahun berlatih tinju didampingi Daud dan Damianus. Kesulitan secara ekonomi membuat Roni termotivasi untuk menggeluti dunia tinju. Ia bercita-cita kelak akan bisa berprestasi seperti Daud.
Sederhana
Sebelum memiliki sasana yang lebih bagus seperti sekarang, pembinaan generasi muda sudah dimulai saat masih menggunakan sasana sederhana yang didirikan pada 2007 silam. Sasana yang lama bernama Sasana Kayong Utara berukuran 10 meter x 20 meter. Letaknya agak jauh dari sasana yang baru. Fokus pada generasi muda yang secara ekonomi tidak mampu sudah dilakukan sejak di sasana yang lama.
Damianus membangun sasana yang lama dengan tertatih-tatih. Damianus dan para atlet binaan, didukung keluarga, kala itu bekerja sama mengumpulkan bahan bangunan sedikit demi sedikit untuk mendirikan Sasana Kayong Utara. ”Saya meminta salah satu keluarga untuk memotong kayu di hutan sebagai bahan untuk mendirikan sasana. Bersama dengan anak-anak binaan, saya mengangkut kayu dari hutan ke lokasi yang akan dibangun sasana,” kata Damianus.
Meskipun sasana itu sederhana, ada sekitar 20 petinju yang dilahirkan dari sasana itu. Mereka bisa menyelesaikan pendidikan formal dan berprestasi pula dalam tinju. Bahkan, ada yang diterima sebagai anggota TNI dan Polri serta bekerja di kantor pemerintahan. Tinju membuka cakrawala baru bagi kehidupan anak-anak yang semula tidak mampu itu.
Seiring waktu, sang adik, Daud Yordan, kian berprestasi sehingga dia bisa menyisihkan uangnya untuk membangun sasana baru yang bernama Daud Boxing Club tersebut. Dengan fasilitas yang lebih lengkap, misi dua bersaudara itu untuk membina kaum muda tetap bisa dilanjutkan.
Damianus mengakui, tidak mudah dalam mendidik anak-anak muda yang memiliki latar belakang tidak mampu dan dari keluarga yang memiliki masalah masing-masing. ”Sikap asli mereka sering muncul. Terkadang mengabaikan disiplin. Namun, dengan diberikan pemahaman mereka akhirnya bisa. Saya mendampingi mereka dengan sabar karena saya sadar tugas saya mangasihi, mengasah, dan mengasuh mereka,” ujar Damianus.
Mental mereka juga harus diarahkan pada pola hidup sehat. Istirahat yang cukup dan harus menjauhi narkoba. Selain itu, sasana juga menjadi tempat pendidikan karakter agar mereka rendah hati.