BANYUWANGI, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, memperpanjang masa tanggap darurat untuk penanganan korban banjir bandang. Masa tanggap darurat yang semula ditetapkan 23-29 Juni diperpanjang sampai Jumat, 6 Juli 2018.
Perpanjangan masa tanggap darurat tersebut dilakukan dengan pertimbangan kondisi di empat dusun di Desa Alasmalang yang terdampak banjir bandang, Jumat (22/6/2018). Hal itu disampaikan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi Fajar Suasana di Banyuwangi, Jumat (29/6/2018).
”Kami telah mengajukan usulan perpanjangan masa tanggap darurat. Perpanjangan ini kami lakukan karena melihat kondisi di lapangan. Saat ini lokasi terdampak masih membutuhkan penanganan bencana hingga beberapa hari ke depan,” ujarnya.
Sebelumnya, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas telah menandatangani surat pernyataan tanggap darurat bencana. Dalam surat tersebut tertera masa tanggap darurat selama satu minggu, 23-29 Juli 2018. Surat tersebut sebagai dasar untuk mengeluarkan anggaran belanja tidak terduga untuk kegiatan penanganan darurat dasar.
Anggaran tersebut digunakan untuk kegiatan pengerukan dan pengangkutan lumpur, normalisasi jaringan air dan drainase, penyediaan air bersih, pendirian dapur umum, serta pembiayaan lainnya yang harus segera dicairkan.
Hingga satu minggu usai banjir bandang, penanganan pascabanjir bandang terus dilakukan. Pengerukan dan pengangkutan lumpur serta material yang terbawa saat banjir bandang dikerjakan secara gotong royong bersama warga, sukarelawan dan anggota BPBD, serta TNI dan Polri.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Banyuwangi Mudjiono menambahkan, saat ini progres pekerjaan pengerukan dan pengangkutan material lumpur, pasir, dan kayu di jalan alternatif Banyuwangi-Jember telah mencapai 75 persen dari target pekerjaan.
”Pekerjaan pembersihan jalan merupakan prioritas. Banjir bandang di Alasmalang membawa banyak material lumpur dan material berupa kayu dan batu yang membanjiri rumah warga. Sedimentasi berupa pasir dan tanah yang tertumpuk di kawasan tersebut diperkirakan 300.000 meter kubik,” ujarnya.
Berdasarkan data dari BPBD, dari 428 rumah terdampak yang tertimbun lumpur, tersisa hanya 20 rumah yang belum bisa ditempati. Selain itu, irigasi sekunder di Sungai Garit sudah teraliri air untuk mengairi sawah.
Mudjiono mengatakan, dalam beberapa hari ke depan pekerjaan infrastruktur akan fokus pada normalisasi saluran drainase di tepi jalan dan perkampungan warga. Dinas PU juga akan menyemprotkan air ke rumah-rumah warga untuk menghilangkan bekas lumpur dan penyedotan lumpur di sumur warga.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.