Dubai, Istana Megah di Atas Pasir...
Buru-buru hapuslah bayangan Anda tentang unta dan padang pasir, serta fatamorgana tentang air, ketika Anda menginjakkan kaki di Dubai, Uni Emirat Arab. Dubai dengan mobil-mobil mewah dan bangunan pencakar langitnya adalah negeri Arab yang berbeda.
Negeri yang menjadi pusat jalur penghubung atau pusat (hub) dari berbagai perjalanan bisnis dan perdagangan dunia ini, hanya ditempuh delapan jam dari Asia, Amerika, maupun Eropa. Posisinya yang berada di tengah-tengah ini memungkinkan Dubai menjadi jalur transit yang paling pas bagi setiap perjalanan bisnis ataupun pariwisata, dari berbagai kawasan di dunia.
BBC dalam serialnya yang berjudul ”City in The Sky,” tahun 2016, mencatat Bandara Dubai sebagai bandara tersibuk di dunia. Dalam setahun, bandara ini melayani lebih dari 80 juta penumpang.
Ibarat taman bermain Disneyland yang mengemas citra kegembiraan dalam berbagai wahana permainan, kastil-kastil kuno, pangeran dan putri, serta sosok-sosok imajinasi, seperti Mickey Mouse, Goofy, dan Donal Duck, Dubai adalah ”Disneyland” yang sesungguhnya di tanah gersang padang pasir Arabia.
Tengoklah Burj Khalifa yang merupakan bangunan tertinggi di dunia dengan 160 lantai dan ketinggian 828 meter. Belum lagi air terjun menari di Mall Of Dubai, dan akuarium raksasa di mal yang sama. Lalu ada kawasan elite Jumeira yang blok-blok jalannya membentuk ruas daun palem, serta terowongan bawah laut yang menuju ke sana. Segalanya terasa serba canggih dan serba megah di Dubai.
Apakah ini nyata? Entahlah. Yang pasti segala yang ada di Dubai amat jauh berkebalikan dengan berita-berita utama di media internasional, bahkan yang juga ditayangkan di televisi Dubai, tentang serangan bom bunuh diri, perebutan wilayah perbatasan, dan serangan milisi sipil yang memberontak.
Menikmati sensasi
Salah satu yang mengingatkan pengunjung akan padang pasir dan unta yang ikonik ialah ketika mereka menikmati Dessert Safari atau safari padang pasir ke perbatasan Dubai dengan Sharjah. Dalam safari ini, pengunjung diajak melintasi padang pasir dengan mobil Land Rover dan menikmati sensasi naik turun bukit pasir. Selain itu, ada pula kesempatan untuk mencoba naik unta satu putaran keliling sebagai bagian dari atraksi wisata.
Pada malam harinya, wisatawan disuguhi makanan khas Arab, yakni tepung roti yang digulung dan di bagian dalamnya berisi sayuran, ayam atau daging. Sembari menikmati makanan khas Arab itu, pengunjung juga disuguhi atraksi penari yang bermain-main dengan api, tarian sufi yang berputar-putar, dan ditutup dengan tari perut.
Kurang dari satu jam keluar dari padang pasir, pengunjung kembali ke jalan raya besar yang menghubungkan antarnegara bagian di UAE. Jauh di depan sana terlihat kerlap-kerlip lampu kota dan bangunan tinggi yang sangat benderang.
Bayangan tentang negeri Arab dan orang-orangnya yang kerap diceritakan kudus, sederhana, dan penuh doa-doa, seketika berubah saat menyaksikan Dubai yang gemerlap dan modern.
Apa yang membuat Dubai begitu berbeda? Duta Besar Indonesia untuk UAE Husin Bagis mengatakan, Dubai selalu ingin membuat hal baru dari waktu ke waktu. Emir Dubai menyadari kawasannya tidak memiliki banyak minyak seperti enam emirat lainnya (Abu Dhabi, Sharjah, Ajman, Umm Al Quwain, Fujairah, dan Ras Al Khaimah).
”Bilamana ada kekurangan, Dubai akan disokong oleh Abu Dhabi yang kaya raya karena minyak. Namun, Dubai juga mengetahui kelemahannya sehingga ia mencari potensi lain di luar minyak,” kata Husin.
Potensi itu dengan cerdik dikelola oleh Emir Dubai, Syekh Rashid bin Saeed Al Maktoum, yang bertekad menjadikan Dubai sebagai pusat penghubung atau hub bagi jalur transportasi, baik udara maupun laut. Seluruh penerbangan kalau bisa melewati Dubai. Strategi itu berhasil mengingat posisi Dubai yang ada di tengah-tengah sehingga memungkinkan sebagai pusat transit transportasi udara dan laut.
”Setelah menjadi kota transit, hotel-hotel, apartemen, pusat perbelanjaaan, dan pusat keuangan, dibangun di Dubai. Tujuannya untuk menarik minat orang tinggal dan berbisnis di di Dubai. Bangunan-bangunan baru dibuat dengan desain modern. Semua harus serba-paling. Paling besar, paling tinggi, atau paling luas. Semua untuk menarik investasi ke Dubai,” kata Husin.
Hanya dalam satu generasi, dan kurang dari 30 tahun setelah menyatukan diri, tahun 1971, tujuh emirat di UAE menjadi kawasan terkaya di jazirah Arab. Di bawah kepemimpinan Presiden pertama UAE Syeikh Zayed bin Sultan Al Nahyan, UAE telah berkembang menjadi salah satu negara terkaya di dunia dengan pendapatan per kapita 17.000 dollar AS per tahun atau sekitar Rp 221 juta.
Optimalkan kekuatan
Khusus untuk Dubai, pariwisata dikembangkan sebagai kekuatan ekonomi wilayah. Dalam ATM Dubai 2018 lalu, misalnya, gerai Dubai menampilkan maket Dubai Expo 2020 yang akan mengambil tempat di lahan seluas lebih dari 400 hektar. Sebagai tuan rumah, Dubai akan mendapatkan keuntungan berupa investasi properti besar-besaran dari pebisnis dan ekspatriat yang mengikuti pameran itu. Maket yang ditampilkan dalam ATM Dubai itu menampilkan blok- blok apartemen, permukiman, dan perkantoran di sekitar bangunan ekspo.
”Jika Anda tidak mampu membangun properti di Dubai Expo, jangan khawatir. Kami akan bangunkan untuk Anda. Anda hanya perlu menjalin kerja sama dengan kami di bidang investasi lainnya,” kata Alia Abu-Elkhair, petugas gerai Dubai yang menjelaskan tentang maket bangunan ekspo tersebut. Pada tahun 2020, Dubai Expo mengambil tema ”connecting minds and creating the future”.
Segala kemudahan yang ditawarkan oleh Dubai diakui oleh warganya. Dari total penduduk Dubai 9 juta jiwa, hanya 25 persen di antaranya yang merupakan penduduk asli Dubai, dan sisanya adalah ekspatriat yang bekerja dan berusaha di Dubai. Mereka yang tinggal di sana sebagai penduduk mendapatkan jaminan kesehatan, keamanan, dan pendidikan.
”Dubai adalah kota paling aman di dunia. Angka kriminalitas sangat kecil di sini. Orang juga tidak dibebani dengan pajak,” kata Mohammed Rafeeq, pendatang asal Pakistan.
Bagi warga negara UAE, atau penduduk asli Dubai, mereka mendapatkan privilese dengan pembagian keuntungan dan saham setiap perusahaan yang didirikan di Dubai.
”Setiap orang lokal pasti memiliki saham di salah satu perusahaan yang didirikan di Dubai. Sebab salah satu syarat bagi perusahaan asing untuk bisa beroperasi di Dubai ialah harus ada pemiliknya yang merupakan warga lokal. Kebijakan ini membuat warga lokal di Dubai sangat kaya. Semua warga lokal dibayar oleh negara karena mereka semua bekerja di sektor pelayanan publik,” kata Rafeeq, yang juga pengusaha pariwisata di Dubai.
Pusat-pusat pelayanan publik juga dikuasai warga lokal.
Sekutu AS
Mantan Duta Besar Indonesia untuk China dan Australia, yang juga pengamat hubungan internasional, Imron Cotan, menuturkan, Dubai bisa menjadi daerah yang kaya raya karena tidak terkekang dengan nasionalisme sempit yang membatasi interaksi orang asing dengan kepentingan nasional mereka.
”Dubai melalui International Port Management, memperkerjakan orang-orang ahli dari luar negeri untuk mengembangkan bandara dan jalur transportasi udara mereka. Orang Dubai tidak terkekang dengan ikatan-ikatan yang diatasnamakan sebagai nasionalisme yang sebenarnya bisa menghambat kemajuan mereka,” kata Imron.
Di sisi lain, pemimpin Dubai memiliki visi, sehingga bisa memahami kelemahan dan kelebihan Dubai sebagai suatu wilayah. Potensi yang dimiliki Dubai dikelola dengan baik sehingga bisa mendukung kesejahteraan warganya.
Dari sisi politik luar negeri, diakui Imron, kedekatan UAE dengan Amerika Serikat memberikan nilai tambah bagi negara kaya minyak itu untuk mengembangkan ekonominya. UAE yang berbatasan langsung dengan Arab Saudi memperoleh jaminan keamanan dari AS. Kedua negara itu merupakan sekutu AS.
Dalam konteks itu, bisa dipahami mengapa UAE bisa melaju dalam modernisasi, meninggalkan negara tetangga lainnya di Timteng yang dilanda perang berkepanjangan.
Belakangan, Arab Saudi mulai menggeser pemahaman konservatifnya setelah Putra Mahkota Mohammed bin Salman melakukan perubahan, antara lain dengan membolehkan perempuan menyetir, membuka bioskop untuk umum, dan menangkapi keluarga kerajaan yang diduga korupsi.
Apakah angin perubahan di Arab Saudi ini akan terus dilakukan dalam hal-hal yang lebih fundamental? Apakah Arab Saudi akan mengikuti jejak Dubai? Waktu yang akan menjawabnya.