BANYUWANGI, KOMPAS Bencana banjir bandang di Banyuwangi, Jawa Timur, juga berdampak pada sektor pariwisata, terutama terhadap sejumlah destinasi yang terdapat di sekitar aliran Sungai Badeng. Sejumlah fasilitas wisata rusak, bahkan wahana arung jeram di tiga destinasi ditutup sementara.
Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, memang menjadi daerah terparah yang terdampak banjir bandang di Banyuwangi. Namun, sejumlah kerusakan ternyata juga terjadi di bagian hulu sungai di Kecamatan Songgon.
”Kendati banjir tidak menerjang pemukiman warga, sejumlah destinasi wisata di Songgon rusak akibat banjir tersebut. Sedikitnya ada 12 destinasi wisata di Kecamatan Songgon yang dilaporkan terdampak bencana alam tersebut,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi Yanuarto Bramuda di Banyuwangi, Sabtu (23/6/2018).
Di Kecamatan Songgon yang menjadi hulu sungai, terdapat 12 destinasi wisata alam, antara lain Air Terjun Mondoleko, Air Terjun Lider, Karo Rafting, Wisata Pinus Songgon, dan X Badeng. Akibat banjir bandang, tiga operator arung jeram, yaitu Karo Rafting, X Badeng, dan Wisata Pinus Songgon, menutup fasilitas wahana arung jeram.
Tetap berjalan
Ketua Kelompok Sadar Wisata Pinus Songgon Yusuf Sugiono mengatakan, layanan terhadap pengunjung tetap berjalan meskipun ada dua wahana yang ditutup karena rusak akibat diterjang banjir bandang.
”Titik-titik swafoto di area Wisata Pinus tak ada yang rusak. Kerusakan terjadi pada wahana flying fox dan jalur arung jeram. Jembatan gantung berkonstruksi baja yang dibangun 2014 itu putus diterjang banjir,” ujarnya.
Wahana flying fox yang rusak tersebut memiliki ketinggian 15 meter dengan panjang 230 meter. Kerusakan terjadi di terminal pemberhentian yang tergerus banjir bandang. Sementara jembatan gantung yang putus merupakan jembatan bantuan Presiden RI tahun 2014.
Jembatan setinggi 7 meter dengan panjang bentang 180 meter tersebut juga merupakan akses jalan yang menghubungkan Desa Bayu dan Desa Sumber Bulu. Akibatnya, warga harus memutar hingga sejauh 6 kilometer.
”Kerusakan paling parah sebenarnya terjadi di jalur arung jeram. Kami saat ini tidak bisa melayani wahana arung jeram karena banyaknya bebatuan yang terbawa. Alur sungai berubah dan kedalamannya menjadi dangkal,” ungkapnya.
Yusuf mengatakan, pada akhir pekan ada 150 orang hingga 200 orang yang bermain arung jeram dengan biaya Rp 125.000-Rp 135.000 per orang. Akibat tidak aktifnya wahana arung jeram, potensi pemasukan sekitar Rp 20 juta per hari hilang. (GER)