MAGELANG, KOMPAS — Sebagian warga di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, saat ini mulai membeli air untuk mencukupi kebutuhan air bersih di rumah. Upaya ini terpaksa dilakukan karena banyak sumur warga telah mengering dan tidak mampu memberikan pasokan air sesuai kebutuhan.
Sumarni, warga Desa Ringinputih, mengatakan mulai membeli air setelah sumurnya mengering sekitar sebulan lalu.
”Untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga, seminggu sekali saya membeli satu tangki air dari PDAM dengan harga Rp 135.000 per tangki,” ujarnya, Kamis (21/6/2018). Satu tangki berisi sekitar 4.000 liter air.
Menurut Sumarni, membeli air sudah menjadi rutinitas yang dilakukannya setiap musim kemarau. Hal ini terjadi karena sumur sedalam 18 meter yang ada di rumah hanya bisa diandalkan saat musim hujan. Sebaliknya, begitu musim kemarau tiba, ketinggian air di dalam sumur langsung merosot drastis dan biasanya hanya tersisa kurang dari 1 meter dari dasar.
Suparmin, warga Desa Kembanglimus, mengatakan, dirinya pun berencana untuk segera membeli air PDAM. Upaya ini, menurut dia, dianggap menjadi solusi terbaik dibandingkan menunggu bantuan air bersih atau mencari pasokan air dari daerah lain.
”Kami sekeluarga sudah capek karena setiap hari harus terus mencari-cari air bersih dari sumber-sumber air di berbagai tempat,” ujarnya.
Terkadang, Suparmin mengatakan, dirinya bisa mendapatkan air dari sumber-sumber air di Desa Kembanglimus. Namun, karena debit air dari sumber-sumber air tersebut sudah mengecil dan harus berebut dengan banyak warga lain, tak jarang dia pun terpaksa mencari air hingga desa tetangga.
Tuti, warga Desa Kembanglimus, menuturkan, sumur di rumahnya terkadang masih terisi air. Namun, karena ketinggian air kurang dari 1 meter dari dasar sumur, air tersebut biasanya dihemat dan hanya digunakan untuk keperluan memasak dan air minum.
”Untuk keperluan mandi dan mencuci, kami biasa melakukannya di sungai, beramai-ramai dengan warga lain,” lanjutnya.