Realisasi Bandara Internasional Banyuwangi Dipercepat
Oleh
ANDREAS BANOE ANGGER PUTRANTO
·4 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS - Kementerian Pariwisata, PT Angkasa Pura II dan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi sepakat melakukan percepatan pembangunan Bandara Banyuwangi menjadi Bandara Internasional. Pertemuan tahunan IMF dan World Bank di Bali pada Oktober mendatang menjadi momentum peningkatan kapasitas Bandara Banyuwangi.
Panitia Nasional Pertemuan Tahunan IMF dan World Bank di Bali pada Oktober telah menunjuk Bandara Banyuwangi sebagai bandara alternatif kedua setelah Bandara Internasional Lombok. Sejumlah peningkatan kapasitas bandara telah dilakukan agar bandara yang baru dibangun tahun 2010 itu bisa didarati oleh pesawat delegasi negara asing.
Namun, hal itu tidak serta merta membuat Bandara Banyuwangi menjadi bandara internasional. Ada sejumlah persyaratan yang harus dilalui sebelum akhirnya bandara berkonsep green airport tersebut menjadi bandara internasional.
Dalam paparannya dihadapan Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, di Bandara Banyuwangi, Rabu (13/6), Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awalludin mengatakan, sesuai peta jalan (road map) Angkasa Pura II, Bandara Banyuwangi baru dapat menjadi Bandara Internasional pada tahun 2020. Hal itu dilakukan setelah membangun terminal internasional baru paling cepat akhir tahun 2019.
“Pemenuhan persyaratan berupa kepabeanan, keimigrasian, karantina dan kesehatan bisa dengan mudah kami penuhi. Namun, saat ini yang paling berat ialah menyediakan terminal khusus untuk penerbangan internasional. Kami juga masih membutuhkan lahan untuk perluasan parkir,” ujar Awalludin.
Namun, saat ini yang paling berat ialah menyediakan terminal khusus untuk penerbangan internasional. Kami juga masih membutuhkan lahan untuk perluasan parkir
Oleh karena itu ia berharap ada upaya sinergi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi untuk mencari solusi. Awalludin sempat mengusulkan agar terminal VIP milik Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi dapat digunakan untuk terminal penerbangan internasional.
Tanpa pikir panjang, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas langsung bersedia menyerahkan terminal VIP yang merupakan aset Pemerintah Daerah Banyuwangi kepada Angkasa Pura II. “Kalau memang itu yang dibutuhkan untuk percepatan Bandara Banyuwangi sebagai bandara internasional silahkan digunakan,” ujarnya.
Anas mengatakan, penyerahan aset pemerintah daerah kepada Angkasa Pura II tersebut bersifat pinjam pakai. Aset tersebut tetap menjadi milik pemerintah daerah, namun dikelola oleh Angkasa Pura II.
Terkait kebutuhan lahan parkir, Bandara Banyuwangi sebenarnya masih memiliki lahan yang cukup luas. Lahan itu kini masih berupa sawah produktif. Sejak pembangunan Bandara Banyuwangi, Anas memang mengonsep adanya lahan terbuka hijau di sekitar bandara. Hal itu dilakukan karena konsep green airport yang diusung bandara tersebut.
“Saya tidak pernah menyangka pertumbuhan bandara secepat ini. Sekarang lahan yang masih berupa sawah itu dibutuhkan sebagai lahan parkir. Agar tetap menjaga konsep green airport, maka lahan parkir akan dirancang seperti berada di sebuah bungker yang atasnya ditumbuhi rumput,” ujarnya.
Mendapat tanggapan cepat dari Bupati Anas, Awalludin optimistis Bandara Banyuwangi dapat segera menjadi bandara internasional pada akhir 2018. Awalludin mengatakan, peningkatan kapasitas bandara berupa perluasan apron, perpanjangan dan penebalan landasan pacu dapat rampung pada September sehingga pada pelaksaan Pertemuan Tahunan IMF dan World Bank di Bali, Bandara Banyuwangi sudah berstatus bandara internasional.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi langkah sinergi antara Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi dan Angkasa Pura II. Arief berharap peningkatan kapasitas Bandara Banyuwangi menjadi bandara internasional membawa dampak positif pada dunia pariwisata.
“Banyuwangi saat ini telah dilirik oleh banyak wisatawan mancanegara. Dengan dijadikannya Bandara Banyuwangi sebagai bandara internasional, saya yakin jumlah kunjungan wisatawan mancanegara bisa bertambah 500.000 per tahun. Dengan demikian kontribusi Banyuwangi pada dunia pariwisata nasional semakin nyata,” ujar Arief.
Untuk menarik wisatawan mancanegara, Arief mengatakan, Kementerian Pariwisata akan mengawali promosi wisata dengan mencarter pesawat khusus. Harapannya upaya tersebut dapat merangsang maskapai internasional untuk membuka rute ke Banyuwangi.
Kementerian Pariwisata akan mengawali promosi wisata dengan mencarter pesawat khusus. Harapannya upaya tersebut dapat merangsang maskapai internasional untuk membuka rute ke Banyuwangi.
Hal serupa pernah dilakukan Kementerian Pariwisata ketika membuka penerbangan internasional di Bandara Silangit, Sumatera Utara. Kala itu Kementerian Pariwisata mencarter pesawat dari Singapura ke Silangit.
Arief optimistis Bandara Banyuwangi dapat berkembang lebih pesat dari pada Bandara Silangit yang telah lebih dahulu menjadi bandara internasional sejak 28 Oktober 2017. Hal itu ia katakan karena melihat pertumbuhan penumpang di Bandara Banyuwangi lebih cepat dari pada Bandara Silangit.
“Bandara Silangit butuh 6 tahun sejak 2012 hingga 2018 untuk menembus 300.000 penumpang. Sementara Banyuwangi hanya butuh dua tahun sejak 2016 hingga 2018 untuk dapat mencapai 300.000 penumpang,” ujarnya.