SURABAYA, KOMPAS — Setelah tragedi bom di Kota Surabaya dan Sidoarjo, pada pertengahan Mei lalu, polisi menangkap 29 terduga teroris di wilayah Jatim. Polisi terus memburu jaringan teroris, baik yang berada di provinsi ini maupun di luar Jatim.
Kapolda Jatim Irjen Machfud Arifin mengungkapkan hasil penangkapan setelah peristiwa bom di tiga gereja dan Mapolrestabes Surabaya di sela-sela penyerahan tujuh anak pelaku bom kepada Kementerian Sosial di Mapolda Jatim, Selasa (12/6/2018).
”Tim masih bergerak menelusuri jaringan teroris di Jawa Timur guna menghindari terjadi kembali bom,” ujarnya. Ke-29 terduga teroris ditahan di beberapa tempat di wilayah Polda Jatim.
Para terduga teroris terpaksa ditahan di beberapa tempat karena di Jatim sulit mendapat lembaga pemasyarakatan khusus untuk narapidana terorisme.
Pada kesempatan itu, Kapolda menyerahkan tujuh anak pelaku bom kepada Kemensos. Satu dari tujuh anak itu adalah anak dari pelaku bom di Mapolrestabes Surabaya, tiga anak dari pemilik bom di Wonocolo, Sidoarjo, dan tiga anak dari keluarga Teguh alias Dedi Sulistianto, pelaku bom yang ditembak mati Densus 88 di Manukan Wetan, Surabaya.
Ketujuh anak itu akan mengikuti perawatan dan pendampingan psikologis untuk memperbaiki pemahaman keagamaan. ”Perawatan secara medis sudah selesai, termasuk psikologis. Maka, sekarang diserahkan ke Kemensos agar diperbaiki terkait paham keagamaan mereka,” kata Machfud.
Direktur Rehabilitasi Sosial Anak Kemensos Nahar mengaku siap menerima anak-anak untuk menjalani proses rehabilitasi sosial. Namun, dirinya enggan menyebutkan di mana anak-anak itu akan ditempatkan.
Bahkan, telah disiapkan tempat khusus untuk anak, yang ada di beberapa kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, dan Malang. ”Prinsipnya, tempat memberi kenyamanan anak,” katanya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini juga sempat bertemu dengan ketujuh anak itu di Ruang Crisis Center Anggrek 20 Rumah Sakit Bhayangkara sebelum penyerahan.
”Kondisi anak-anak sudah membaik dan mereka umumnya mau komunikasi dan sudah ceria,” ujar Risma. Anak-anak juga mulai terbuka dan bercerita banyak soal prestasi yang diraih ketika sekolah.