SURABAYA, KOMPAS - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, mengirimkan tiga grup peserta lomba kompetisi teknologi di tiga perlombaan internasional bergengsi pada Juni- Juli 2018. Pelepasan dilakukan pada Selasa (5/6/2018), oleh Rektor ITS Joni Hermana. Mereka diminta meningkatkan prestasi.
Tim pertama, yakni Ichiro, mengikuti lomba robot sepak bola atau Robocup 2018 di Montreal, Kanada, pada 18-22 Juni 2018. Tim kedua, Barunastra, mengikuti lomba kapal robot ”Nala Heroes” (kapal model) yang akan mengikuti kompetisi 11th Annual International Roboboat Competition, pada 18-24 Juni 2018 di Florida, Amerika Serikat. Tim ketiga, Mobil ”Sapuangin”, berlomba pada Drivers’ World Championship Grand Final (DWC) di London, Inggris, 8 Juli 2018.
Robot dan materi lomba yang akan dilombakan sudah dikirim sejak Maret 2018 agar ada persiapan yang cukup bagi para peserta untuk datang ke lomba tanpa direpotkan problem logistik. Prof Joni mengungkapkan, ketiga tim tersebut secara teknis sudah cukup kompetitif dibanding tim negara lain. Tim Sapuangin selama ini sudah beberapa kali menjadi juara Asia Pasifik, tim Ichiro pernah meraih juara umum di ajang FIRA Hurocup 2016 di Taiwan, dan tim Barunastra menjadi juara tiga dalam Annual International Roboboat Competition di Amerika Serikat pada 2016. ”Kini saatnya ketiga tim tersebut menjadi juara dunia,” kata Joni.
Tim Robot Sepakbola atau disebut tim Ichiro akan mempertandingkan robot sepak bola yang sudah otonom. Dosen pembimbing tim Ichiro, Mahmudin, menjelaskan, robot sepak bola merupakan robot humanoid, perawakan mirip manusia, berkepala, berbadan, dan memiliki empat anggota badan tangan dan kaki. Robot Ichiro, seperti peserta kompetisi lain, harus merupakan robot otonom, bisa berdiri sendiri dan membuat keputusan sendiri.
”Ada banyak sensor, yakni sensor yang membuat dia tahu dia jatuh atau berdiri dan kalau jatuh, bisa berdiri sendiri. Sensor gyroskop yang membuat robot bisa mengerti posisinya di lapangan. Pertandingan bola menghadapkan dua robot lawan dua robot. Robotnya bisa berjalan kaki, mencari bola, kemudian menggulirkan bola ke gawang lawan. Gawang dijaga oleh satu robot penjaga gawang.
”Tantangan baru dalam kompetisi ini adalah robot bisa berkomunikasi atau berkoordinasi sehingga sesama robot tidak berebut bola. Sesama robot juga saling memberi tahu posisi bola dan gawang. Robot berupa motherboard yang digendong di badan, dengan sistem operasi Linux, dilengkai dengan belasan sensor yang tersambung pada koneksi serial,” katanya.
Kapal robot ”Nala Heroes” tanpa awak tersebut dipersiapkan tim Barunastra berkompetisi menyelesaikan misi yang ada menggunakan sensor jarak jauh, GPS ganda, kamera dengan menggunakan berbagai macam sensor di antaranya ada SRF yang berguna sebagai sensor jarak, kamera untuk menangkap gambar sekitar, menyelesaikan misi yang bakal ditugaskan panitia lomba. Tantangannya, kapal sama sekali tidak diberi remot dan harus menyelesaikan misi secara otonom mengikuti bendera panitia,” kata Rudy Dikairono, dosen pembimbing tim Barunastra.
Mobil Sapuangin, yang merupakan tim senior berumur 17 tahun, bakal berkompetisi dalam hal penggunaan bahan bakar, 1 liter bahan bakar oktan 95 untuk rute 50 km dengan kecepatan tinggi. Arena lomba akan berlangsung di London. Tim selama ini berusaha mengurangi bobot, menggunakan bodi mobil dari serat fiber untuk membuatnya jadi efisien.
Menurut Atok Setyawan, dosen pembimbing tim Sapuangin, tim tersebut selama ini telah menjuarai kompetisi tingkat Asia. ”Bagi mahasiswa peserta dan seluruh tim, kompetisi tersebut mendorong kepercayaan diri peserta untuk mengatasi rasa takut dalam persaingan,” kata Rektor.