Jembatan Joyoboyo Solusi Memecah Lalu Lintas Surabaya
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·2 menit baca
Pemerintah Kota Surabaya terus mencari solusi untuk memecah kemacetan lalu lintas di hampir semua ruas jalan, terutama jalan utama seperti Jalan Achmad Yani, Jalan Ir Soekarno (MERR), Jalan Mayjen Sungkono dan Jalan Basuki Rachmad. Salah satu upaya menanggulangi kemacetan dari Raya Darmo, Jalan Diponogeoro dan bermuara ke Jalan Ahmad Yani, Pemkot Surabaya melanjutkan pembangunan frontage road sisi barat.
Pembangunan frontage road sisi barat kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Surabaya, Selasa (5/6/2018) merupakan kelanjutan dari frontage road yang sudah ada selama ini di sepanjang Jalan Ahmad Yani dari bundaran Waru hingga Wonokromo. Proyek ini harus membebaskan sejumlah lahan milik warga. Karena pembangunan frontage road akan dilengkapi dengan pembangunan Jembatan Joyoboyo, sebagai akses masuk ke kota.
Jembatan Joyoboyo kata Risma pati akan bisa membantu mengurai kemacetan akses masuk ke dalam kota. "Jembatan ini kelanjutan frontage road jadi harus dibangun meski pemkot harus melakukan pembebasan tanah dalam jumlah banyak," ujarnya.
Jembatan Joyoboyo memiliki panjang 175 meter dan lebar 19, 5 meter. Jembatan ini membentang dari Pulo Wonokromo sampai Jalan Joyoboyo, tepatnya depan Sekolah Katolik Santo Yosef. Dengan kehadiran Jembatan Joyoboyo, jika datang dari arah selatan akan disediakan ada bus atau trem nantinya. Dengan demikian kendaraan tak perlu melewati jembatan lama yang memebentang di depan Terminal Joyoboyo atau pintu air Jagir, yang selama ini menjadi jalur utama masuk kota.
"Jadi nanti cukup lewat jembatan baru, sebelum Jalan Pulo Wonokromo kendaraan sudah naik, sehingga kalau dari selatan ada bus atau trem bisa langsung ke terminal. Jadi, tidak ganggu jalur utama kota," ujarnya.
Walikota perempuan pertama di Kota Surabaya ini memastikan bahwa proyek ini murni menggunakan dana APBD sebesar Rp 65 miliar. Pembangunan proyek ini akan dimulai 2019 dan tuntas 2020. "Saat ini, kami baru menyelesaikan desain dan beberapa perlengkapan lainnya untuk membangun jembatan," tegasnya.
Risma menambahkan, desain jembatan ini menggunakan teknologi berbeda dari jembatan yang sudah dibangun Pemkot Surabaya sebelumnya. Jembatan ini menggunakan penahan kabel seling yang berjajar rapi mirip jembatan Suramadu. Pada dinding jembatan juga dipasang ukiran diorama tentang Surabaya. Ada bambu runcing, ada gedung Siola dan diorama lain terkait KOta Surabaya sebagai kota pahlawan.
Di sekitar jembatan yang tak jauh atau sekitar 100 meter dari Kebun Binatang Surabaya ini, dibangun taman hijau dilengkapi air mancur menari. "kawasan sekitar Wonokromo, Joyoboyo hingga ujung Jalan Diponegoro dan Jalan Raya Darmo akan kian indah," ujar Risma.