JAMBI, KOMPAS - Setelah memperoleh izin kelola perhutanan sosial, masyarakat dituntut kreatif memanfaatkan hasil hutan nonkayu. Banyak jenis tanaman hutan dapat diolah menjadi beragam makanan olahan bernilai jual tinggi dan berpotensi meningkatkan kesejahteraan.
Hal itu dikembangkan warga tiga desa, Sungai Beras, Sinar Wajo, dan Pematang Rahim, di Kecamatan Mendahara Hulu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Mereka kini memproduksi beragam kuliner unik, seperti permen pinang, dodol nipah, hingga keripik rasa kopi.
Kuliner itu diminati. Pasarnya terbuka lebar menjelang Lebaran. ”Permen, keripik, dan dodol bisa jadi sajian makanan ringan di masa Lebaran,” kata Nur Asiah, pengelola kuliner dari Desa Pematang Rahim, Minggu (3/6/2018).
Hutan yang dikelola masyarakat ketiga desa itu kaya potensi sumber daya alam. Jika dikelola dengan baik, hasilnya akan memberi manfaat besar. Ketiga kawasan desa itu semula adalah kawasan hutan gambut yang rawan kebakaran.
Pengelolaan hutan berkelanjutan dan peningkatan ekonomi masyarakat penting dilakukan demi melindungi gambut dan memberikan jaminan ekonomi untuk masyarakat sekitarnya.
Selama ini, warga mengandalkan penjualan pinang mentah yang tumbuh subur di wilayah itu. Karena dijual mentah, harganya rendah dan fluktuatif. Harga ditentukan tengkulak.
Belakangan, warga kreatif mengolah pinang muda menjadi permen. Awalnya, permen dihasilkan dari pinang muda dan gula. Karena komposisinya kurang pas, mereka memperbaiki dengan menambah sirih, pinang, asam, dan menambahkan biskuit ke permen.
Dari campuran itu didapatkan permen bertekstur lebih lembut. ”Rasa permen pun lebih enak dan disukai konsumen,” kata Nur Asiah.
Didampingi Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, Nur Asiah membentuk kelompok Kamibikin bersama para ibu rumah tangga setempat. Mereka yang semula buruh pengupas pinang dan kelapa menjadi perajin permen pinang, perajin keripik pisang, serta dodol.
Dari tanaman pisang dan kopi, para ibu membuat modifikasi rasa. Keripik pisang diolah bersama kopi sehingga didapatkan keripik gurih rasa kopi.
Jenis kopi setempat adalah liberika. Kopi itu tumbuh subur di dataran rendah dan rawa gambut Jambi.
Hutan desa
Warga Desa Pematang Rahim mendapat izin kelola hutan desa seluas 1.185 hektar, 26 Oktober 2017, dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Selain Pematang Rahim, Desa Sinar Wajo mendapat hak kelola serupa dengan luas 5.088 hektar dan Sungai Beras seluas 2.200 hektar.
”Setelah mendapatkan hak kelola hutan desa, ekonomi masyarakat perlu ditingkatkan agar mereka tidak tergiur menebang kayu dalam hutan. Perlu adanya kreativitas untuk mengembangkan sumber daya yang mereka miliki,” kata Nur Qomariah, spesialis pemberdayaan perempuan dari KKI Warsi.
KKI Warsi mengidentifikasi potensi sumber daya alam di tiga desa. Dari identifikasi, ditemukan ada banyak peluang bisa dikembangkan, dari tanaman pekarangan pisang dan pinang, tanaman perkebunan kelapa, hingga tanaman kehutanan nonkayu berupa getah jelutung dan rotan.
Dengan besarnya peluang untuk mengelola bahan-bahan tersebut, Nur Qomariah optimistis kesejahteraan masyarakat bisa lebih terangkat.