BANDUNG, KOMPAS - Sekitar 12.000 orang berbuka puasa bersama di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (2/6/2018). Tidak hanya diikuti warga beragama Islam, hadir pula masyarakat dari beragam agama lainnya.
"Acara ini memperlihatkan Bandung sebagai kota penuh toleransi," kata Pejabat Sementara Walikota Bandung Muhamad Solihin, Sabtu.
Solihin menjelaskan, buka bersama untuk warga di sepanjang jalan Asia Afrika ini merupakan agenda tahunan yang dilaksanakan untuk ketiga kalinya. Namun, tahun ini berbeda dari kegiatan sebelumnya. Ia berujar, di tahun ini kebersamaan lebih terasa karena setiap komunitas saling berbagi dengan kaum dhuafa. Lebih dari 3.000 kaum dhuafa hadir dalam acara ini.
“Disini kita bisa melihat yang namanya toleransi bukan hanya diucapkan, tetapi juga dilaksanakan. Setiap komunitas berbagi, bahkan ada komunitas non muslim yang tidak berpuasa ikut berbagi disini. Mari kita jaga kerukunan sebaik-baiknya,” ujar Solihin.
Direktur Utama Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan Kota Bandung Deni Nurdyana sekaligus ketua panitia acara ini menjelaskan, peserta yang mendaftar dari berbagai komunitas mencapai 12.000 orang. Namun, Deni memprediksi jumlah pengunjung diperkirakan lebih dari angka tersebut karena banyak pengunjung yang memadati Jalan Asia Afrika selama kegiatan berlangsung.
Selain itu, yang membedakan kegiatan tahun ini dibandingkan sebelumnya, adalah peran komunitas agama yang memberikan bantuan berupa materi dan tenaga. Deni memaparkan, panitia yang berasal dari komunitas non muslim dalam kegiatan buka bersama ini mencapai 30 persen.
Panitia kegiatan ini terdiri dari berbagai agama, seperti dari Keuskupan Bandung, Gereja Kristen Indonesia, serta umat Hindu dan Budha. Bahkan, tutur Deni, ada beberapa komunitas yang berasal dari luar Bandung.
“Tahun ini kami mengangkat indahnya kebersamaan dan menghadirkan cinta. Di atas gonjang-ganjing isu sosial yang meresahkan, kerusuhan, dan ketidakharmonisan di daerah lain, justru di Bandung, semua bisa berbaur. Semua bekerja dengan baik, keamanan terjamin,” paparnya.
Deni berharap, hasil positif dari kegiatan ini bisa menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama. Ia ingin menunjukkan, Bandung itu kota yang damai dengan kerukunan umat beragama yang tinggi.
Dalam kegiatan ini, ruas jalan Asia Afrika sepanjang hampir 500 meter ditutup demi keamanan karena semua peserta makan di jalan. Para peserta duduk berjejer dan saling berhadapan, dua hingga empat baris. Kegiatan ini diramaikan beberapa penyanyi reliji, seperti Opik dan Grup Vokal Senada.
Sosialisasi warga difabel
Beberapa kelompok berkebutuhan khusus atau difabel juga terlihat di beberapa titik. Mereka aktif mengikuti lagu yang dilantunkan para penyanyi, dan sesekali bernyanyi bersama para pendampingnya. Saat waktu berbuka tiba, mereka menikmati makanan bersama dengan warga lainnya.
Ketua Himpunan Wanita Disabilitas Kota Bandung Ratna Suyatna memaparkan, pihaknya mengkoordinir lebih kurang 200 kaum difabel yang berasal dari berbagai komunitas. Ia berujar, kegiatan ini menjadi ajang sosialisasi kegiatan warga difabel kepada seluruh masyarakat kota Bandung.
“Saya senang dengan acara ini, karena kami ingin teman-teman difabel bersosialisasi dengan masyarakat lain. Masyarakat Bandung juga diharapkan bisa melihat dan memperhatikan kami. Kami ada di sekitar mereka,” ujarnya.