LAMONGAN, KOMPAS — Himpunan Petani Pemakai Air atau Hippa menjadi andalan petani di Gresik, Lamongan, Tuban, dan Bojonegoro (Jawa Timur) untuk mencukupi kebutuhan pengairan areal sawah mereka. Sebagian dari mereka memanfaatkan air dari sungai, termasuk Bengawan Solo, dengan cara dipompa atau menggunakan sumur bor di sawah lalu didistribusikan ke sawah-sawah petani.
Aliran Sungai Bengawan Solo di Jatim melewati Kabupaten Madiun, Ngawi, Bojonegoro, Lamongan, Tuban, dan Gresik. Air sungai juga dimanfaatkan petani untuk mengairi sawah dengan cara dipompa, baik secara pribadi maupun melalui kelompok tani.
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) ”Truni Makmur” Abdul Hadi, Kamis (24/5/2018), menyebutkan, di Desa Truni, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Gapoktan melalui bantuan pemerintah telah membangun rumah pompa di pinggir Sungai Bengawan Solo. Rumah pompa itu dilengkapi pompa besar yang mampu menyedot air hingga 15.000 liter per menit atau 250 liter per detik.
Air dari rumah pompa dialirkan dengan pipa besar terhubung ke saluran air menuju lahan sawah petani. Saluran ini akan mampu mengairi 400 hektar sawah. Sebelumnya, sejak 1990-an sebenarnya sudah ada pompa, tetapi pompa itu milik pengusaha. Bagi hasilnya poro pitu atau 1 dibanding 7 (sekitar 13 persen untuk pengusaha, selebihnya untuk petani). ”Kalau begitu yang untung kan pengusaha,” kata Hadi.
Sejak adanya rumah pompa yang dikelola gapoktan, keuntungan menjadi milik petani. Perhitungannya hamparan padi dibagi tujuh, petani memilih sendiri enam bagian, satu bagian untuk rumah pompa yang dikelola gapoktan. Rata-rata produksi mencapai 7 ton per hektar dan produksi tertinggi 10 ton.
Ketua HIPPA ”Tirtotinoto” di Desa Karangtinoto, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban, Kasadi mengatakan, air Sungai Bengawan Solo dialirkan ke lahan pertanian hingga 500 hektar. Awalnya, di kawasan itu hanya satu atau dua kali tanam, kini bisa dua sampai tiga kali tanam karena ketersediaan air mencukupi.
Di Gresik, HIPPA ”Tani Rukun” Desa Wahas, Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik, memenangi Lomba Operasi dan Pemeliharaan (OP) Irigasi Partisipatif Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)se-Jawa Timur 2018. Selanjutnya, HIPPA Tani Makmur akan mewakili Jatim dalam lomba OP Irigasi Partisipatif P3A tingkat nasional.
Tim penilai lomba OP Irigasi Partisipati P3A tingkat nasional dipimpin Sigit Supadmo, dengan anggota Abi Prabowo, Bekty Sudarmanto, Hardi Prijono, serta Nico Darismanto, meninjau lapangan pada Kamis (24/5/2018). Kepada tim penilai, Bupati Gresik Sambari Halim Radianto menyebutkan, lahan persawahan di Gresik saat ini seluas 36.000 hektar dengan luas tanam 70.000 hektar.
Menurut Sambari, Gresik mampu menghasilkan 246.000 ton gabah kering giling (GKG) dengan teknik Jajar Legowo. Setelah dikonsumsi 1.315.000 penduduk, saat ini Gresik masih bisa mempertahankan swasembada pangan setara 150.000 ton beras.
Sambari menyatakan, Pemkab Gresik menciptakan terobosan baru terkait upaya menjaga ketersediaan air dan menampung air untuk kebutuhan pertanian. Salah satu upayanya dengan memanfaatkan waduk dan embung untuk menampung air hujan. Saat ini di Gresik ada sekitar 120 waduk.
Selain itu, ada program 1.000 sumur untuk mendukung upaya mencukupi kebutuhan air, terutama untuk pertanian. Saat ini pihaknya sedang mengembangkan teknologi penampungan air dan penyaluran air dengan sistem gravitasi.
”Kami berupaya membangun lumbung air seluas 49 hektar di dataran tinggi. Selanjutnya, air itu disalurkan ke lahan pertanian dengan sistem gravitasi (menurun) sehingga mampu mencukupi air sesuai dengan kebutuhan para petani,” katanya.