Kapolda Jatim Meminta Ulama Deteksi Dini Bibit Radikalisme
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Kepala Polda Jawa Timur Inspektur Jenderal Machfud Arifin berharap para ulama bisa mendeteksi lebih dini bibit-bibit radikalisme di wilayah masing-masing.
Ajakan itu disampaikan Machfud di hadapan ratusan undangan yang hadir pada acara Safari Ramadhan di Markas Polres Malang, Jawa Timur, Selasa (22/5/2018) petang.
Selain buka dan tarawih bersama, pada kesempatan ini juga dilakukan peluncuran aplikasi Malang E-Policing dan penandatanganan nota kesepahaman CJS online. Selain itu juga peresmian Gedung Sanika Satyawada, ruang tahanan Polres Malang, Perumahan Bhayangkara, dan Malang Integrated Command Center.
Selain ulama, hadir pula tokoh masyarakat dan forum komunikasi pemerintah daerah dari bekas wilayah Polwil Malang dan perwakilan dari TNI.
”Saya berharap ulama bisa deteksi lebih dini bibit-bibit radikalisme. Ada juga warga Jatim yang pulang dari Suriah, yang mungkin (dulu) pemahamannya ingin bekerja atau ingin berjuang di Suriah—kalau misalnya balik ke Jatim tolong dimonitor, diawasi,” ujarnya.
Menurut Machfud, di Jatim juga terdapat banyak narapidana terorisme. Mereka perlu terus dipantau. Machfud ingin agar para kepala polres sering melihat siapa saja pihak yang membesuk para teroris tersebut di luar keluarganya sendiri.
Disinggung soal lokasi penahanan para terduga teroris, Machfud mengatakan, yang punya kewenangan melakukan penahanan adalah Detasemen Khusus 88 Antiteror.
”Kami bantu fasilitasi, yang dia (Densus) lihat cocok ditahan di mana, kami bantu. Apakah di polda, polres, mungkin polsek yang memang layak untuk penahanan, termasuk di Malang, apabila cocok ya kami pakai. Kalau di Malang, proses penyidikannya terlalu jauh,” ucapnya.
Menurut Machfud, semua daerah saat ini tidak nyaman untuk bersembunyi bagi para teroris. ”Kalau terindikasi kuat, ya, kami kejar. Yang kami tahan saat ini ada 31 orang, 4 meninggal dunia. Mungkin masih berkembang lagi, tetapi saya berharap tidak banyak lagi yang ditahan, artinya sudah tidak ada lagi,” katanya.