LAMONGAN, KOMPAS — Fasilitas rumah potong hewan atau RPH Modern di Pasar Sidoharjo Lamongan, Jawa Timur, sudah canggih dan komplet, tetapi sayangnya masih sepi konsumen. Penyebabnya sosialisasi dirasakan kurang dan masyarakat setempat memilih memotong ternak di rumah sendiri.
RPH itu dibangun 2013 dengan anggaran Rp 4 miliar dan mulai beroperasi pada 2014. Setiap hari baru 1 ekor sapi dan 800 ekor unggas yang dipotong. Padahal, RPH itu berkapasitas 20 sapi dan 4.000 unggas per hari.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lamongan Sukriyah, Selasa (22/5/2018), mengatakan, ongkos pemotongan sapi di RPH Sidoharjo Rp 50.000 per ekor dengan jaminan halal dan higienis. ”Kami menyediakan mobil berpendingin untuk warga yang tinggalnya jauh,” katanya.
Menurut dia, RPH Pasar Sidoharjo dijamin tidak mencemari lingkungan karena memiliki instalasi pengolahan limbah tersendiri. Pemotongan hewan menggunakan alat pemotongan hewan canggih dengan mesin dari Australia dan menyediakan cold storage.
Selain itu, RPH Sidoharjo juga sudah mengantongi sertifikasi halal dari MUI dan sertifikat nomor kontrol veteriner (NKV). NKV menunjukkan RPH sudah memenuhi syarat higienis dan setiap daging yang keluar dijamin halal dan higienis. ”Kami akan gencarkan sosialisasi dan pembinaan agar masyarakat mau memotongkan hewannya di sini,” katanya.
Sebenarnya, Pemkab Lamongan memiliki Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Retribusi RPH. Jika ada penjagal memotongkan hewan di luar RPH bisa dikenai sanksi pidana kurungan 3 bulan atau denda maksimal Rp 5 juta.
Padahal, RPH Modern di Jatim hanya ada tiga, yakni Surabaya, Pasuruan, dan Lamongan. Total di Jatim mencapai 218 RPH dan tempat potong hewan. Di Lamongan sendiri selain di Sidoharjo, RPH juga ada di Babat dan Pucuk.
Di sisi lain, peternak mengeluhkan persoalan bibit dan penampungan produk dari sapi yang digemukkan. Seorang peternak, Heru Irianto, mengeluhkan mahalnya bibit sapi dan sulitnya penjualan. Bibit dibeli dengan sistem taksiran. Jika dihitung per bobot hidup sekitar Rp 50.000 per kilogram (kg), padahal pedagang membeli Rp 45.000 per kg.
Penjualan hanya mengandalkan musim kurban saat Idul Adha. ”Kami butuh penampungan produk kami. Jadi perlu pola kemitraan, kami dapat bibit bagus dan ada keberlanjutan yang jadi penampung produk kami,” kata Heru.
Di Lamongan, populasi sapi mencapai 105.000 ekor. Pemkab Lamongan telah membuat aplikasi berbasis internet di sapi.go.id. Lewat aplikasi itu bisa memangkas rantai distribusi dan menghindarkan calo atau belantik.
Pembeli bisa berkomunikasi langsung dengan peternak dan negosiasi harga dalam jaringan. Laman itu dilengkapi jenis sapi, umur, dan beratnya. Apabila ragu, pembeli bisa langsung ke alamat peternak yang tersedia.
Bupati Lamongan Fadeli meminta sosialisasi RPH ditingkatkan agar bisa turut menjamin ketersediaan daging yang berkualitas. Saat ini harga daging sapi di Lamongan berkisar antara Rp 95.000 dan Rp 100.000 per kg.
Ia berharap bukan hanya daging, ketersediaan dan harga barang lainnya saat Ramadhan hingga Lebaran tetap stabil. Di Pasar Sidoharjo, harga beras stabil, dengan harga Rp 8.500 per kg kualitas medium hingga Rp 10.500 per kg untuk kualitas super.
Harga telur ayam ras turun dari Rp 25.000 menjadi Rp 23.00 hingga Rp 24.000 per kg. ”Kondisi pergerakan harga dan persediaan komoditas harus dilaporkan tiap hari agar kelangkaan bisa diantisipasi dan inflasi terkendali,” kata Fadeli.