PALANGKARAYA, KOMPAS - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menengarai hadirnya media sosial tiba-tiba membuat semua orang berani melontarkan pendapat. Namun, tidak untuk mencari kebenaran, tetapi pembenaran diri.
”Di medsos, semua predikat keluhuran dan keadiluhungan budaya dan adab bangsa selama ini seakan lenyap tak berbekas. Bahasa kasar yang eksplisit, nada-nada kebencian, aura kemarahan, dan caci maki tiap hari menghambur di linimasa dan tembok-tembok medsos,” kata Rusdiantara dalam Seminar Nasional Pekan Komunikasi Sosial Nasional yang digelar Konferensi Waligereja Indonesia, Sabtu (12/5/2018) di Aula Magna, Keuskupan Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Padahal, menurut Uskup Palangkaraya Mgr AM Sutrisnaatmaka, tujuan komunikasi sosial adalah mulia, yakni agar ajaran nilai-nilai cinta kasih, kebenaran, dan perdamaian semakin dirasakan seluruh masyarakat. Hal ini disebabkan, kata Mgr Sutrisnaatmaka mengutip pernyataan Paus Fransiskus, kebenaran adalah memerdekakan.
”Saya salut terhadap Gereja Katolik yang telah lama memiliki perhatian khusus tentang betapa pentingnya peran komunikasi sosial. Seminar bertemakan ’Gereja Katolik Menolak Hoax, Fake News, Hate Speech’,” ujar Rudiantara.
Hal ini menunjukkan permasalahan komunikasi sosial adalah masalah signifikan. Gereja Katolik setia terus merawatnya agar tetap sehat. ”Itu kini terbukti ketika dewasa ini tiba-tiba cara komunikasi kita seperti orang yang berperang. Berbagai ujaran dan tulisan jadi setajam pedang dan tombak, secepat peluru yang dimuntahkan untuk menjatuhkan pihak lain,” ujarnya.
Setidaknya ada tiga tujuan orang menggunakan medsos, yakni mencari sahabat dan mencari berkah.
”Selain itu, ada juga yang menggunakan medsos untuk mencari atau menimbulkan masalah. Dalam situasi kontestasi politik seperti sekarang, jenis yang seperti ini tak terhitung banyaknya, dengan berbagai motif. Dari sinilah umumnya muncul konten yang tak sehat, merusak jiwa,” kata Rudiantara yang menganjurkan puasa penggunaan medsos yang tak sehat.
Direktur Jenderal Bimas Katolik Kemenag Eusabius Binsasi juga mengingatkan, perlu hati-hati dalam menggunakan medsos. ”Kalau dulu ada pepatah, ’mulutmu harimaumu’, sekarang ’jarimu harimaumu’,” katanya.
Karena itu, kata Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemkominfo Niken Widyastuti, ”Pilihlah medsos yang tak banyak ’hawa’ perangnya. Pilih kelompok yang membicarakan hal produktif dan konstruktif. Jangan sampai kita, terutama kaum muda, menjadi korban dan sekaligus pengedar berita hoaks.” (IAS)