Wisata Desa Pangkahwetan, Disambut Pencak Macan dan Naik Odong-odong
Oleh
ADI SUCIPTO KISSWARA
·3 menit baca
GRESIK, KOMPAS — Obyek wisata Muara Sungai Bengawan Solo di Desa Pangkahwetan, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, terus dibenahi. Pembenahan itu terkait kemasan, penyambutan, ataupun fasilitas yang ditawarkan kepada pengunjung.
Pada Selasa (8/5/2018), sejumlah orang terdiri dari wartawan dan perwakilan dari Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas serta operator mengunjungi obyek wisata yang baru dibuka pada 10 November 2017 itu. Rombongan disambut seni khas pesisir, Pencak Macan, di depan taman dan tugu desa.
Setelah itu rombongan naik odong-odong (kereta kelinci) menuju dermaga nelayan berjarak sekitar 700 meter. Selanjutnya rombongan menaiki empat perahu menuju ekowisata mangrove dan menyusuri Sungai Bengawan Solo hingga muara sekitar 45 menit.
Setelah menikmati kawasan mangrove dan berfoto-foto, rombongan kembali ke daratan Desa Pangkahwetan menikmati kuliner khas pesisir, seperti asem asem sembilang, kare kepiting, dan kakap merah pedas.
Kepala Desa Pangkahwetan Syaifullah Mahdi, yang akrab disapa Sandy, menjelaskan, selama ini Bengawan Solo seolah menjadi legenda kemasyhuran. Bahkan, tak banyak yang tahu ujung Bengawan Solo atau muaranya ada di Pangkahwetan.
Gagasan menjadikan Muara Bengawan Solo untuk destinasi wisata juga dimaksudkan untuk memberikan nilai lebih dan mengingatkan betapa pentingnya peran sungai. ”Wisata baru jalan sekitar lima bulan, kami butuh masukan untuk benahi kekurangan,” kata Sandy.
Pengembangan wisata menggunakan anggaran desa didukung dana program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dari PGN Saka Indonesia Pangkah Limited. Di kawasan mangrove dibuatkan lintasan semacam jembatan kayu dengan beberapa spot foto. Panjang lintasan dari tepi sungai hingga laut sekitar 527 meter, saat ini sudah terbangun 235 meter. Di ujung nantinya ada pos pantau.
”Di cabang aliran sungai, kami sudah desain rest area, flying fox dengan melintasi bengawan, dan disiapkan foto kenangan saat perahu lewat. Nanti juga dikembangkan area outbond dan pusat kuliner pesisir,” kata Sandy.
Saat ini juga sedang disiapkan wisata swaka burung. Areal sekitar sungai yang menjadi tempat burung singgah dan hinggap pada pagi saat hendak cari makan dan saat kawanan burung pulang ke sarang akan menjadi spot menarik.
Bukan hanya pesona muara sungai, kini konsep wisata telah dipadukan dengan agrowisata. Ada sekitar 300 hektar lahan petani yang disiapkan. Upaya itu untuk memberi nilai lebih.
Di lahan pertanian itu ada rambutan, kelengkeng, nanas, dan jeruk yang dikembangkan. ”Pengunjung bisa petik langsung dan membayar sesuai dengan harga pasar. Kami sewakan sepeda onthel kepada pengunjung agar bisa keliling ke lokasi petani. Kini jumlah tanaman terus bertambah dan menjadi pendukung agrowisata,” ujar Sandy.
Pengembangan wisata juga mendorong tumbuhnya industri rumahan dan menghidupkan ekonomi rumah tangga yang memproduksi kerupuk, peyek, opak, udang ebi, dan petis.
Manager Hubungan Eksternal dan CSR PGN Saka Indonesia Pangkah Limited Yayan Mulyana menyatakan, Desa Pangkahwetan masuk ring satu selain Desa Pangkahkulon, Banyuurip, dan Ngemboh. Total dana CSR mencapai Rp 3 miliar hingga Rp 4 miliar.
Ia berharap masyarakat di wilayah operasi perusahaan bisa mandiri. ”Kolaborasi penting untuk intervensi program agar masyarakat tetap dapat manfaat meskipun nantinya perusahaan sudah tidak beroperasi,” katanya.
Manajer Senior Hubungan Masyarakat Perwakilan SKK Migas Jabanusa Dony Aryantho menilai destinasi wisata di Pangkahwetan menawarkan susur sungai dan spot foto yang menarik.