LAMONGAN, KOMPAS – Eks nara pidana terorisme, Syaiful Arif (38), warga Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Senin (30/4/2018) lalu ketiban rezeki. Ia mendapatkan hadiah umrah gratis dari Kepolisian Resor Lamongan.
Ini merupakan umrahnya yang pertama kali. Anugerah itu sangat besar baginya, bisa ke baitullah, menjadi salah satu mimpinya. “Senang tentunya. Semoga ini menjadi contoh Polres lain, dan banyak teman bisa menyusul ke tanah suci,” katanya kepada wartawan di Kantor Biro Umrah dan Haji Zam-zam, Jalan Jaksa Agung Suprapto, Lamongan.
Kepala Kepolisian Resor Lamongan Ajun Komisaris Besar Feby Hutagalung berharap pemberangkatan umrah itu bermanfaat untuk kemaslahatan umat. Pengurusan paspor dan persyaratan administratif lainnya dibantuk kepolisian
Ia berharap jangan sampai niat baik itu justru menimbulkan kesan negatif. Niat itu pun terwujud juga berkat kerjasama Polres Lamongan dengan Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP) yang menghimpun eks napiter dan mantan kombatan bergerak mengurangi berkembangnya radikalisme. “Ada eks napiter, ada tokoh agama, ini penting sebagai bentuk kerjasama kami dengan masyarakat,” tuturnya.
Ketua YLP, Ali Fauzi menjelaskan Syaiful merupakan salah satu teroris yang beroperasi di Ambon dan Poso. Ia pernah tertembak. Ssampai saat ini masih ada proyektil di dalam tulangnya. “Harusnya diamputasi, tetapi ia menolak. Kalau ada petir, katanya terasa,” kata Ali di Lamongan, Rabu (2/5/2018).
Syaiful Arif pernah mendekam di penjara selama enam tahun karena kasus baku tembak dengan polisi di Poso. Ia bergabung ke YLP, dan tak lagi menganggap polisi sebagai musuh. Sehari-hari ia menjadi buruh tani atau kerja serabutan lainnya.
Ia bersyukur kini bisa umrah bersama Isa Anshori, Pengasuh Pondok Pesantren, Kedungmegarih, Kecamatan Kembangbahu, Lamongan yang juga diumrahkan gratis oleh Polres Lamongan. Ia bersyukur proses administrasi dan lain-lain tidak rumit.
Ali menilai, program mengumrahkan mantan napiter oleh Polres Lamongan itu bentuk menyatunya aparat dengan masyarakat. Ia berharap program bagus seperti itu bisa terus berjalan. Harapannya mereka yang punya rekam jejak buram dan kelam, mantan napiter, eks kombatan bisa berbaur dengan masyarakat. “Yang lebih penting lagi, kalau dulu menganggap polisi atau tentara sebagai lawan, sekarang adalah kawan,” papar Ali.