BALIKPAPAN, KOMPAS — Anggota Komisi VIII DPR yang juga pakar migas, Kurtubi, terus menyuarakan penolakannya terhadap megaproyek kilang minyak atau Grass Root Refinery atau GRR di Bontang, Kalimantan Timur. Menurut rencana, GRR Bontang mulai dibangun tahun 2020 dan beroperasi tahun 2023.
Hal itu dikatakan Kurtubi saat bertemu dengan jajaran Pertamina di kantor Refinery Unit (RU) V, Balikpapan, Jumat (27/4/2018). Rombongan Komisi VII DPR siang itu memantau proyek kilang Balikpapan dan meminta penjelasan seputar patahnya pipa mentah Pertamina.
”Kilang ini dibangun dari nol. Saya tidak setuju. Tidak ada studi kilang harus dibangun di Bontang. Alasan kedua, minyak mentah (crude oil), 100 persen kan harus impor. Teori mengatakan, kilang kan harus dekat konsumen, tetapi ini kan tidak dekat,” tuturnya.
Kilang ini dibangun dari nol. Saya tidak setuju. Tidak ada studi kilang harus dibangun di Bontang. Alasan kedua, minyak mentah (crude oil), 100 persen kan harus impor. Teori mengatakan, kilang kan harus dekat konsumen, tetapi ini kan tidak dekat.
Perairan Bontang termasuk dangkal. Pantai di Bontang disebut Kurtubi hanya berkedalaman 10-12 meter. Kapal tanker besar pengangkut minyak mentah yang menuju Bontang pasti kesulitan.
Kilang di Bontang nantinya untuk memenuhi kebutuhan Indonesia timur, yakni seluruh Maluku dan Papua. Jaraknya terlampau jauh. Imbasnya, biaya angkut BBM akan mahal dan ini akan berlangsung sangat lama.
”Untuk Maluku, Maluku Utara, dan Papua, mengapa tidak tingkatkan saja kapasitas kilang di Sorong (Papua) yang saat ini 50.000 barrel per hari jadi 50.000-100.000 barrel per hari,” ujar Kurtubi.
Faktor lainnya, lanjutnya, adalah keamanan nasional karena banyak industri kimia, juga gas, di Bontang, dan ini rawan. ”Masih mau ditambah dengan kilang minyak berkapasitas besar di Bontang?” katanya.
Dengan semua pertimbangan itu, dia menolak pembangunan GRR Bontang. ”Meski saya nanti mungkin sendirian menolaknya di DPR, tidak apa-apa. Saya belajar ekonomi perminyakan, dan saya malu jika GRR Bontang dibangun,” ucapnya.
Seperti diketahui, Pertamina tengah menyiapkan framework agreement dengan perusahaan konsorsium asal Oman dan Jepang yang akan mendanai kilang Bontang ini.