PONTIANAK, KOMPAS Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, memiliki bandar udara baru dan resmi beroperasi pada Kamis (26/4/2018). Dengan bandar udara baru yang lebih besar, diharapkan bisa semakin meningkatkan konektivitas dengan wilayah lain serta mempermudah pengembangannya di kemudian hari.
Kepala Bandar Udara Tebelian I Ketut Gunarsa, Kamis kemarin, mengatakan, Bandara Sintang yang baru dinamakan Bandara Tebelian menggantikan Bandara Susilo. Bandara Susilo sudah tidak memadai lagi. Luasnya hanya 15 hektar. Bandara Susilo sudah tidak bisa dikembangkan lagi karena berada di kawasan permukiman.
”Maka, lokasi bandara baru dipindah sekitar 45 menit dari Kota Sintang. Bandara Tebelian dibangun sejak 2013 dengan luas 234 hektar. Investasi pembangunannya mencapai Rp 600 miliar menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,” ujar I Ketut.
Bandara baru ini lebih luas dan nyaman bagi penumpang. Selain itu, jika suatu saat nanti akan dikembangkan lagi lebih memungkinkan karena lokasinya yang strategis. Berbeda dengan bandara sebelumnya yang berada dekat permukiman warga yang sudah tidak mungkin dikembangkan.
Bandara Tebelian mampu menampung penumpang sebanyak 150.000 per tahun. Bandara lama hanya mampu menampung penumpang 98.000 per tahun.
”Ada empat maskapai yang melayani penerbangan dari dan menuju Sintang ke sejumlah wilayah antara lain Kapuas Hulu, Ketapang, dan Pontianak. Pesawat yang bisa mendarat ke lokasi itu jenis ATR72,” kata I Ketut.
Frekuensi penerbangan sementara ini masing-masing baru satu kali dalam sehari. Namun, pada 1 Mei direncanakan akan ada lima kali penerbangan. Bahkan, sudah ada maskapai yang mulai mengajukan penambahan frekuensi penerbangan dua kali dalam sehari.
Bupati Sintang Jarot Winarno mengatakan, panjang landasan bandara 1.160 meter. Panjang landasan akan terus dikembangkan menjadi 1.800 meter. Tahun depan ditargetkan menjadi 2.200 meter. Dengan demikian, pesawat yang berukuran lebih besar bisa mendarat di Sintang.
”Jika pesawat ukuran besar, misalnya, jet bisa mendarat juga bisa menunjang angkutan kargo. Kemudian, akan ada penerbangan langsung dari Jawa. Apalagi, anak-anak Sintang banyak yang kuliah di Jawa. Dengan penerbangan langsung bisa mempermudah konektivitas,” kata Jarot.
Sintang juga merupakan pusat perkembangan di wilayah timur Kalimantan Barat. Bahkan, berbatasan dengan Malaysia. Di Sintang tidak ada pelabuhan sehingga angkutan udara memegang peranan penting.
Bandara Ahmad Yani
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura I Israwadi mengatakan, operasionalisasi awal terminal baru Bandara Ahmad Yani Semarang, Jawa Tengah, pada Juni, belum akan dilengkapi fasilitas pendukung yang lengkap. PT Angkasa Pura I memprioritaskan layanan yang bersifat wajib, terutama terkait keamanan bandara dan keselamatan penumpang.
Hal itu dijelaskan Israwadi di sela-sela kunjungan kerja spesifik Komisi V DPR di terminal baru Bandara Ahmad Yani Semarang, Kamis kemarin. Kemajuan pembangunan terminal baru mencapai 83 persen. Terminal ditargetkan rampung pada 31 Mei nanti sehingga 2 Juni dapat beroperasi.
Israwadi mengakui, saat mulai beroperasi nanti, tidak semua fasilitas bakal tersedia. ”Kami prioritaskan yang sifatnya mandatory (kewajiban). Yang jelas terkait keamanan dan keselamatan bandara. Peralatan sinar-X saat check-in, misalnya. Sementara areal komersial belum banyak,” katanya.
Israwadi menambahkan, garbarata juga sudah disiapkan di terminal baru. Nantinya, akan ada tiga unit garbarata. Namun, saat ini baru terpasang satu, sedangkan sisanya menyusul. Adapun ruang tunggu penumpang dipastikan bakal tersedia saat beroperasi. (ESA/DIT)